Indonesia menjadi tuan rumah acara 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) pada Senin (22/10) hingga Kamis (25/10). Konferensi yang dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini menjadi ajang tukar pikiran negara-negara Asia Pasifik dalam pengurangan resiko bencana.
Konferensi AMCDRR kali ini mengangkat tema "Local Capacity Building for Disastre Risk Reduction". Ada tiga pembahasan penting, pertama mengintegrasikan pengurangan risiko bencana di tingkat lokal dan mengadaptasikan perubahan iklim ke rencana pembangunan nasional. Kedua mengkaji risiko di daerah dan pembiayaan. Terakhir, memperkuat tata kelola resiko daerah dan kemitraan.
Kepala Asia Pasific Alliance For Disaster Management di Yogyakarta Faisal Djalal, Senin (22/10), mengatakan, konferensi ini bermula karena negara Asia Pasifik sangat rentan terhadap bencana. Dengan demikian sangat penting untuk penguatan kerjasama antar negara dalam pengelolaan, penanganan, serta memperkuat kapasitas bencana.
"Lewat konferensi ini diharapkan dapat menciptakan kerjasama yang nantinya dapat memberdayakan resource bisnis yang belum dikelola," kata Faisal.
Hal senanda juga dikemukakan oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia Stefan Koeberle mengatakan, Indonesia memiliki banyak pengalaman tentang bencana yang bisa dikomunikasikan dengan peserta konferensi yang jumlahnya sekitar 62 negara. Bencana di Indonesia seperti tsunami, banjir, letusan gunung merapi, bisa memberikan pengalaman menarik dalam hal penanganannya.
"Pendekatan komunitas pasca gempa di Indonesia menjadi salah satu contoh yang bisa di-sharing dengan negara lain," katanya di Yogyakarta, Senin (22/10).
Diskusi ini sangat penting karena bencana dapat menghapuskan keberhasilan pembangunan yang dilakukan bertahun-tahun. Pada 2011 misalnya, bencana alam di seluruh dunia mengakibatkan kerusakan senilai lebih dari triliunan rupiah.
Terkait pengurangan bencana, Stefan mengatakan, setiap negara bisa memasukkan komponen mitigasi dalam perencanaan pembangunan. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan penilaian risiko bencana daerah, pembangunan perumahan, sekolah, mau pun gedung-gedung lain menggunakan konstruksi tahan gempa. Serta edukasi pengetahuan kebencanaan bagi masyarakat.
Sedangkan untuk dana, Bank Dunia mengelola sekitar Rp60 miliar untuk memfasilitasi bantuan teknis untuk mengidentifikasi risiko, mengintegrasikan program pengurangan risiko dalam berbagai proyek penanaman modal, serta membantu pembahasan kebijakan penyediaan dana siaga tanggap darurat.