Pengadilan Italia menghukum enam peneliti dan seorang pegawai pemerintahan karena dianggap lalai dalam memberi peringatan sebelum gempa besar terjadi di L'Aquila, region Abruzzo, Italia tengah, pada tahun 2009 silam.
Jaksa menuntut para peneliti yang dianggap terlalu meringankan risiko gempa dan meminta hukuman empat tahun penjara untuk masing-masing dari mereka. Namun hukuman lebih berat diberikan oleh Hakim Marco Billi yang menjatuhkan vonis enam tahun penjara, Senin (22/10).
Vonis ini dianggap para sesama peneliti sebagai keputusan yang tidak adil. Para peneliti yang divonis juga dianggap hanya menjadi kambing hitam dari kegagalan pemerintah setempat.
"Saya anggap ini tidak adil dan bodoh. Ini mencerminkan kesalahpahaman mendasar mengenai apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh ilmu pengetahuan," ujar Seth Stein, peneliti bumi dari Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat.
Hukuman ini berakar dari beberapa gempa kecil yang terjadi di L'Aquila pada tahun 2009. Enam ahli seismologi dan petugas dari pemerintah mengadakan pertemuan dengan warga dan menyatakan jika "kemungkinan tidak akan terjadi gempa besar," pada 31 Maret 2009.
Ternyata beberapa hari kemudian, tepatnya pada 6 April, wilayah L'Aquila diguncang gempa 5,8 skala Richter. Menghancurkan bangunan bersejarah kebanggaan kota tersebut dan yang terfatal adalah jatuhnya 309 korban jiwa.
Meski demikian, pembelaan masih dilakukan oleh peneliti lain. Ahli seismologi dari University of Washington, John Vidale, menyatakan bahwa keputusan enam ahli tersebut tepat. "Ada kemungkinan yang sangat kecil akan terjadinya gempa (besar) itu. (Saat itu) tidak masuk akal memerintahkan evakuasi warga," kata Vidale.
Hal lain yang musti diingat, tambah Erik Klemetti, dari Denison University, Ohio, AS, adalah kewaspadaan warga setempat. Warga-lah yang harusnya memiliki tanggung jawab dan mengerti risiko tempat mereka tinggal.