60% Anak di Dunia Korban Bencana Alam

By , Selasa, 23 Oktober 2012 | 18:10 WIB

Sebanyak 60 persen anak-anak di dunia ternyata merupakan korban bencana alam. Hal ini menjadi persoalan serius karena pada 10-20 tahun mendatang dampak bencana akan mempengaruhi fisik serta psikologi mereka.

Data tersebut merupakan keluaran terakhir dari United Nation International Strategy For Disaster. Di lain sisi, tingginya jumlah korban anak menjadi isu penting yang tengah dibicarakan oleh negara-negara di dunia.  

Hal ini dikemukakan oleh Direktur Yayasan Lestari Indonesia Aris Sustiyono di Yogyakarta, Selasa (23/10). Ia mengatakan bahwa anak-anak merupakan kelompok rentan saat terjadi bencana. Saat terjadi bencana, secara psikologis, mereka mudah frustasi. Namun, mereka juga lebih cepat mempelajari sesuatu serta menyerapnya.

Ia menegaskan, anak perlu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang ancaman bencana yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Pemahaman dan pengetahuan ini diberikan tidak hanya setelah bencana terjadi, melainkan sebelum bencana.

“Ironisnya yang terjadi saat ini adalah pemahaman diberikan kepada anak-anak setelah bencana. Inilah yang disebut paradigma risiko. Akibatnya dampak yang diterima anak-anak lebih berat,” kata Aris.

Aris juga menyoroti tentang peranan pemerintah terhadap pengurangan risiko bencana pada anak. Ia mencontohkan masalah manajemen barak yang belum ramah anak. Di barak, anak-anak tidak mendapat antrian atau menu khusus. Padahal, anak-anak perlu mendapatkan perlakukan berbeda dengan yang lain.

Pemerintah juga perlu menerapkan sekolah aman di seluruh daerah di Indonesia. Dalam sekolah aman tersebut, pengetahuan tentang bencana perlu diberikan secara rutin kepada anak-anak.

Disaster Risk Reduction (DRR) Project Manager Plan Indonesia Amin Magatani pun sependapat bahwa anak-anak merupakan korban rentan bencana. Faktor yang menyebabkannya adalah ketidaksiapan serta bangunan sekolah yang belum mendukung.

Ia mengatakan bahwa lebih dari 30 persen sekolah di seluruh Indonesia tidak layak atau rusak. Hal ini tentu saja berbahaya karena di saat bencana terjadi, korban bisa bertambah banyak.

“Cara pengurangan risiko bencana anak adalah menerapkan sekolah aman di lokasi yang aman dan tepat. Tak hanya itu saja, pengetahuan dan sikap anak harus banyak didorong untuk penanggulangan risiko bencana,” ujar Amin.