“Indonesia menempati peringkat tertinggi kedua di dunia untuk kasus demam berdarah yang dilaporkan, setelah Brasil,” ungkap Jean –Louis Grunwald, Vice President Asia Pacific & Japan Sanofi Pasteur.
Sanofi Pasteur adalah divisi vaksin dari Sanofi, perusahaan penghasil vaksin untuk penyakit akibat virus dan bakteri. Menargetkan vaksin berikutnya untuk dengue, Sanofi Pasteur bekerjasama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman guna meneliti virus dengue.
Dalam sosialisasi kemitraan penelitian dengue di Lembaga Eijkman 24 Oktober lalu, Ondri Dwi Sampurno dari Kementerian Kesehatan mengingatkan bahwa dengue pernah menjadi sebuah kejadian luar biasa di Indonesia. Dari tahun 2009 hingga 2011, jumlah rata-rata kasus akibat virus dengue adalah 126.908. Sedangkan rata-rata kematian mencapai angka 1.125 kasus.
“Sejauh ini belum ada vaksin dengue yang teregistrasi, namun ada yang sedang dikembangkan dan ada yang sedang menjalani uji klinis,” ungkapnya.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset dan Teknologi, serta beberapa universitas mengadakan konsorsium dengue untuk melakukan penelitian vaksin dengue. Namun, dengan teknologi yang berbeda dengan Sanofi. Sanofi Pasteur sendiri sedang meneliti vaksin dengue yang mencapai uji klinis tahap III.
Sri Rejeki Hadinegoro dari Departemen Kesehatan Anak, Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, usaha penanggulangan di Indonesia sendiri sudah dilakukan dengan baik. Antara lain dengan vector control, dengue working group, community participation, dan regular training.
Namun, “Realisasi yang dicapai sesuai dengan indikator nasional, masih belum memuaskan,” ujarnya. Menurutnya, salah satu tantangan yang harus dihadapi terkait pengembangan vaksin adalah adanya empat viral serotipe di Indonesia. Artinya vaksin yang dikembangkan harus ditujukan untuk keempat serotipe tersebut.
Tedjo Sasmono sebagai pimpinan laboratorium dengue Eijkman Institute memaparkan penelitiannya mengenai distribusi serotipe di Indonesia dari tahun 1994 hingga 2012. Dari penelitian ini ia menemukan adanya serotipe yang dominan di daerah tertentu, juga genotipe-genotipe yang bermutasi di Indonesia.
Selanjutnya Tedjo akan menjalin kerjasama dengan universitas-universitas untuk menghubungkan mutasi genotipe ini dengan data klinis untuk mengambil kesimpulan lebih lanjut. Tentunya hal ini nanti akan terkait pula dengan kemampuan vaksin untuk menghadapi empat serotipe virus dengue yang terus bermutasi.
Saat mengunjungi Laboratorium Dengue, Tedjo menjelaskan, campur tangan manusia pada peralatan yang digunakan amatlah minim, sehingga human error bisa diminimalisir.
Lebih jauh lagi, diiringi dengan quality control yang kuat, hasil penelitian ini memiliki standar yang sama dengan Thailand dan Brasil misalnya. Rencananya kerjasama penelitian antara Eijkman dan Sanofi Pasteur ini akan dimulai pada tahun 2013.