Konservasi Dimulai dari Kesadaran Masyarakat

By , Kamis, 25 Oktober 2012 | 14:05 WIB

Kerusakan terhadap lingkungan alam saat ini marak terjadi di wilayah-wilayah Indonesia. Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan sumber daya alam, antara lain bambu dan mangrove, merupakan salah satu faktor penyebab.

Pembahasan ini diangkat pada suatu diskusi komunitas bertajuk "Merawat Kehidupan Bersama Alam" yang diadakan bersama Komunitas Bambu Nusantara serta Yayasan Miyara Sumatera di Jakarta, Rabu (24/10).

"Kerusakan lingkungan memang dapat disebabkan banyak faktor, salah satu yang paling berkontribusi besar adalah semakin tingginya material alam yang dikorbankan memenuhi kebutuhan manusia," tutur Nurdiyansah dari Yayasan Miyara Sumatera, yang bertindak sebagai moderator diskusi ini.

Ia menyatakan, tujuan penyelenggaraan diskusi terutama mensosialisasikan masalah serta kampanye pentingnya pelestarian lingkungan hidup. "Khususnya bambu dan mangrove, bagi kehidupan," imbuhnya.

Yayasan Miyara Sumatera tengah mengemban program Mangrove for Life yang berrmaksud mengembalikan kawasan-kawasan mangrove di pesisir yang telah hilang atau rusak.

Sementara Heru Markeso dari Komunitas Bambu Nusantara mengetengahkan, pemanfaatan produk turunan dari bambu dan mangrove tidak selaras dengan upaya konservasi. Padahal pelestarian hutan dari kedua vegetasi tersebut dapat menjadi solusi bagi berbagai persoalan ekonomi dan sosial.

"Tiap tumbuhan memiliki masa berlaku. Saat batasan habis dan mulai tidak produktif lagi, harus diperbarui. Saat itulah ada kemendesakan untuk kita lakukan penanaman kembali," ujar Heru.

Menurut Nina Amban dari Bumi Edukasi, pendekatan konservasi dapat efektif dilakukan dengan cara merangkul masyarakat. "Misalnya, dengan bergerak di pelayanan edukasi kepada anak-anak. Saya banyak berinteraksi dengan anak-anak agar mereka memahami konservasi sejak dini. Konservasi harus dimulai dari kesadaran masyarakat," jelasnya menutup diskusi.