Mitos Seputar Vaksin Flu

By , Selasa, 30 Oktober 2012 | 11:30 WIB

Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan agar semua orang di atas usia enam bulan harus menerima vaksin flu. Akan tetapi, vaksin tersebut belum mampu menjangkau sebagian besar orang. "Karena ada mitos dan informasi tak benar tentang flu yang merebak seperti virus," tulis LiveScience.

Mitos pertama yang paling dipercaya adalah seseorang dapat terkena flu, meski ringan, setelah menerima vaksin. Dennis Cunningham, spesialis penyakit menular di sebuah rumah sakit anak-anak di Columbus, Ohio, Amerika Serikat, membantah hal tersebut. Ia menjelaskan bahwa tidak ada virus hidup dalam vaksin, hanya proteinnya. "Tidak mungkin terjangkit flu dan tidak mungkin vaksin menyebarkan flu," tegasnya.

Menurutnya, orang mungkin merasa sakit di sekitar tempat yang disuntik dan menderita demam ringan. "Akan tetapi," tegasnya lagi, "Itu bukan reaksi terhadap vaksin."

Meskipun demikian, CDC menjelaskan bahwa ada vaksin flu yang mengandung virus hidup. Akan tetapi, virus tersebut sudah dilemahkan sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit.

Mitos lain membuat bayi dan wanita hamil enggan menerima vaksin flu. Cunningham juga membantah mitos ini. "Vaksin flu aman bagi wanita hamil dan bayi yang sudah berumur lebih dari enam bulan," katanya. Bahkan American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sebuah komunitas pemerhati kesehatan wanita hamil, menyarankan agar wanita hamil menerima vaksin flu.

"Lagipula, sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan efek tak baik vaksin flu terhadap wanita hamil dan janinnya," demikian menurut ACOG.

Mitos berikutnya berkaitan dengan antibiotik. Beberapa kalangan memercayai antibiotik dapat menyembuhkan flu. Faktanya tidak demikian: Antibiotik membunuh bakteri, bukan virus --flu disebabkan virus.

Cunningham mengakui adanya obat antivirus yang dapat melawan flu. Tapi antivirus tersebut hanya dapat bekerja kalau diberikan dalam waktu 48 jam setelah gejala flu muncul. "Kebanyakan orang baru berkonsultasi ke dokter setelah terjangkit flu lebih dari 48 jam," katanya.

Vaksin flu juga sebaiknya diterima saban tahun. Ada dua alasan untuk itu, menurut Cunningham. Pertama virus yang beredar tiap tahun berbeda. "Ada lebih dari satu virus yang menyebabkan flu. Malah jumlahnya ratusan," katanya. Vaksin flu yang digunakan pada 2012 sampai 2013 melindungi tubuh dari dua virus influenza tipe A--satu untuk H1N1, lainnya untuk H3N2--serta satu virus tipe B.

Alasan kedua adalah kekebalan yang sudah menurun. "Jika Anda menerima vaksin Agustus tahun lalu, Maret tahun depan Anda masih aman. Tapi Anda tak akan aman lagi di musim flu berikutnya," jelas Cunningham.

Ada mitos lain yang menyebutkan bahwa vaksin flu mengandung merkuri. "Memang betul. Vaksin flu mengandung thiomerosal yang mengandung merkuri. Tapi tipe ini tidak berbahaya. Tipe merkuri yang dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf adalah metil merkuri," katanya. Lagipula, sejak 2001, thiomersal tidak lagi digunakan. Thiomersal digunakan untuk mencegah tumbuhnya bakteri di dalam vaksin.

Mitos terakhir adalah anggapan masyarakat bahwa flu adalah penyakit ringan sehingga tidak perlu menerima vaksin. "Flu sesungguhnya penyakit serius," Cunningham mewanti-wanti. Di Amerika Serikat, terjadi 15 juta hingga 60 juta kasus flu. Lebih dari 200 ribu orang terpaksa masuk rumah sakit karena flu. Kemudian, sekitar 3.000 sampai 50 ribu orang meninggal akibat flu.

CDC mengeluarkan data bahwa vaksinasi pada tahun lalu mencegah lima juta kasus influenza dan membuat 40 ribu orang tidak perlu ke rumah sakit karena flu.