Terjawab, Misteri Proses Pembangunan Kuil Angkor Wat

By , Jumat, 2 November 2012 | 15:07 WIB
()

Angkor Wat sebuah kuil yang berada di Angkor, Kamboja, dibangun sejak pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II masih berdiri kokoh hingga kini. Bangunan terdiri dari lima menara tinggi menjulang dengan candi-candi kecil di sekitarnya.

Seperti halnya Candi Borobudur dan Prambanan, Angkor Wat juga tersohor sebagai situs warisan dunia dengan kemegahan dan keeksotikannya. Tidak ada yang menyangka jika di dalam hutan belantara yang terasing ternyata terdapat sebuah bangunan megah dan bersejarah.

Menjadi pertanyaan sampai saat ini adalah dari mana dan bagaimana batu-batu besar tersebut sampai di lokasi dan digunakan untuk membangun candi pada masa itu. Karena melihat letaknya, akses menuju lokasi bukanlah medan yang mudah untuk ditempuh.

Namun studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti asal Jepang Estuo Uchida dari Universita Waseda, Jepang, mengungkapkan bahwa batu-batu tersebut dapat sampai ke lokasi dengan menggunakan jaringan ratusan kanal. "Kami menemukan banyak tambang blok batu pasir yang digunakan untuk membangun Kuil Angkor dan juga rute transportasi dari blok batu pasir tersebut," ungkap Uchida.

Akar pohon yang berusia ratusan tahun hingga nampak "mencengkeram" batu di Kuil Angkor Wat, Kamboja. Fenomena ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan. (Thinkstockphoto).

Arkeolog memang telah mengetahui bahwa batu yang digunakan untuk membangun kuil berasal dari tambang yang berada di dasar gunung yang letaknya berdekatan dengan situs. Namun, mereka masih bertanya-tanya bagaimana batu tersebut mencapai lokasi situs tersebut.

Terlebih, menurut peneliti, situs ini memuat lima juta hingga sepuluh juta batu dengan berat mencapai 1.500 kilogram. Sebelumnya, orang-orang beranggapan batu-batu tersebut diangkut ke danau Tone Slap melalui kanal, kemudian mereka mendayungnya dengan melawan arus melalui sungai lain hingga mencapai lokasi candi.

Untuk menelusurinya, Uchida bersama timnya mencoba meninjau kawasan tersebut. Di sana mereka menemukan 50 tambang di sepanjang tanggul di Gunung Kulen. Mereka juga menjelajahi lokasi dengan menggunakan citra satelit dan menemukan jaringan dari ratusan kanal sebagai jalan yang menghubungkan tambang ke situs candi. 

Dengan menggunakan akses jaringan kanal, jarak antara tambang dengan situs hanya sekitar 37 kilometer, lebih dekat dibanding jarak melalui jalur sungai sepanjang 90 kilometer. Grid kanal ini menunjukkan bahwa para nenek moyang kita mengambil jalan pintas ketika membangun candi.

Mungkin inilah jawaban mengapa para leluhur dapat membangun sebuah kompleks yang megah hanya dalam beberapa dekade saja. Konon, pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun.

Pada abad ke-12 Raja Suryavarman II dari Kerajaan Khmer mulai membangun candi di atas tanah seluas 200 hektar yang terletak di ibukota Angkor yang saat ini dikenal dengan Kamboja. Kompleks ini dibangun untuk menghormati Dewa Wisnu. Namun, pada abad ke-14 pemimpin setempat mengonversinya menjadi sebuah kuil Buddha.