Pesawat Dacota -DC 3 yang merupakan pesawat angkut pada Perang Dunia II yang digunakan untuk menjelajah dunia melakukan napak tilas di Indonesia. Pada Rabu (7/11), pukul 13.30 WIB, pesawat ini mendarat di Bandara Internasional Adisutjipto, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pesawat ini pernah digunakan oleh pilot perempuan, Jean Batten, untuk menjelajah Inggris - Selandia Baru pada 1936 silam. Perjalanan Batten menempatkannya dalam rekor dunia selama 40 tahun karena berhasil melakukan perjalanan selama 11 hari 45 menit dan pertama kalinya dilakukan kala itu. Batten melakukan napak tilas melalui 15 negara untuk menikmati panorama sekaligus mendatangi cagar-cagar budaya di sana.
Rute yang ditempuh oleh pesawat ini mulai dari Lympne (Inggris) – Marseille – Brindisi (Italia) – Larnaca (Siprus)- Amman (Yordania) - Kuwait-Muscat (Oman) - Karachi (Pakistan) – Agra (India)- Rangoon (Myanmar) - Penang (Malaysia) – Selatar (Singapura) -Yogyakarta – Kupang - Darwin- Mt.Isa - Longreach - Brisbane - Northfolk Island (Australia) - Auckland (Selandia Baru).
Akhirnya, setelah 76 tahun peristiwa ini tidak terulang, ketiga pilot, Christian Goezinne (Belanda), Philipe A Jay (Prancis), serta Paul Bazeley (Inggris) mengulang kembali napak tilas dengan pesawat yang lebih muda dari yang dipakai Batten.
Pesawat ini dibuat tahun 1942 dengan nomor lambung N451ZS bertuliskan AIRSCAPADE DC3, dengan ekor bergambar Jean Batten. "Ini adalah penerbangan napak tilas yang sudah dilakukan Jean Batten 76 tahun lalu. Penerbangan sudah dimulai pada 25 Oktober lalu dan sampai Yogyakarta melalui 60 jam terbang, " kata Goezinne di Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Rabu (7/11).
Goezinne mengatakan, pesawat tersebut masih manual. Alat-alat navigasi pun tidak ada yang baru. "Tidak ada outopilot, pesawat dirancang kokoh untuk perang. Navigasinya sangat dasar. Kendati begitu interiornya sudah dibuat nyaman, dari tempat duduk, stereoset, dan kenyamanan lainnya," katanya.
Pesawat dengan satu mesin ini hanya mampu terbang di ketinggian di bawah 13 ribu kaki. Karena tidak ada navigator radar yang canggih, maka pilot harus waspada jika ada badai di langit.
Menurut jadwal, para kru pesawat dan penumpang akan tiba di Auckland pada 14 November mendatang. Karena pesawat itu sudah tua, setiap singgah di bandar udara harus diperiksa. Dan karena tidak ada peralatan yang bisa memantau kerusakan secara otomatis (computerized), kru pesawat pun harus mengisi bahan bakar.
Kru pesawat berjumlah 11 orang yang terdiri dari tiga pilot dan delapan penumpang. Beberapa kru akan melakukan kunjungan ke Candi Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia.