Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di ujung wilayah barat daya Pulau Sumatra, masuk ke dalam pokok bahasan jurnal ilmiah Conservation and Society, November 2011. Disebutkan dalam jurnal itu, TNBBS diserbu penghuni liar yang jumlahnya mencapai 100 ribu orang.
Penghuni tidak sah ini kemudian menanami TNBBS -wilayah cagar alam suaka margasatwa- dengan kopi. Akibatnya, kehidupan fauna terancam punah seperti harimau, badak, dan gajah, semakin terdesak.
"Di beberapa titik di dalam taman nasional, penghuni liar sebegitu banyaknya sehingga area itu terlihat seperti pedesaan di Pulau Jawa," ujar Patrice Levang, salah satu peneliti jurnal ilmiah itu yang bekerja sama dengan The Center for International Forestry Research (CIFOR), Selasa (6/11).
Namun, hal ini dibantah oleh John Kenedie, Kepala Balai Besar TNBBS. Menurutnya dalam survei yang dilakukan, jumlah penduduk di TNBBS hanya berjumlah 16.200 Kepala Keluarga (KK).
Dari jumlah itu, memang ada warga yang melakukan penanaman kopi, lada, dan palawija di 16 titik di dalam taman nasional. Tetapi sudah mulai dibersihkan dan kini hanya tersisa tiga titik saja. Total, lahan seluas 24.200 hektare sudah berhasil diselamatkan.
"Masyarakat secara sukarela sudah membersihkan lahannya. Tidak ada kompensasi atau perlawanan yang diberikan," ujar John dalam perbincangan kepada National Geographic Indonesia, Kamis (8/11).
Ditambahkan Sonny Partono, Inspektur Investigasi dan Inspektur Jenderal Kementerian Kehutanan, masyarakat setempat sudah diberi sosialisasi. Mereka juga sudah dipindahkan ke tempat lain di luar kawasan taman nasional.
Sedangkan kopi yang ditanam dibiarkan hingga satu kali daur. Sesudah panen, masyarakat penanamnya harus pindah. "Hanya sekali panen saja, tidak boleh menanam di situ lagi, harus di luar kawasan," kata Sonny.
TNBBS memiliki luas lebih dari 350 ribu hektare dan berada di antara provinsi Lampung dan Bengkulu. Sejak tahun 1972, kawasan ini diketahui mengalami deforestasi. Saat ini tengah dilakukan penghijauan lahan kembali.