Sejumah ilmuwan dari ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies (CoECRS) University of Queensland, Australia, melakukan pengamatan terhadap gugusan karang Great Barrier Reef yang sangat terkenal. Dari penelitian, diketahui bahwa gugusan karang di Pulau Pelorus menunjukkan komunitas koral Acropora yang sehat, meski mengalami siklus banjir dan hujan badai, sebelum kehadiran bangsa Eropa di sekitar kawasan tersebut.
Sayangnya, antara tahun 1920 sampai 1955, koral Acropora tidak mampu pulih kembali. Temuan ini membuktikan bahwa kehancuran komunitas koral dan terumbu karang di kawasan Great Barrier Reef ada kaitannya dengan perubahan kualitas air akibat ulah manusia.
Temuan ini juga menambah bukti-bukti bahwa aktivitas manusia telah mempengaruhi hilangnya separuh koral yang ada di Great Barrier Reef. “Kehancuran koral dimulai nyaris bersamaan dengan pembersihan lahan untuk agrikultur dan peternakan yang terjadi di sekitar sungai Burdekin, di akhir abad ke 19,” kata John Pandolfi, salah satu peneliti dari CoECRS.
“Penebangan pohon meningkatkan jumlah lumpur dan nutrien daratan tersapu ke kawasan laguna di Great Barrier Reef,” ucapnya.
Menurut George Roff, peneliti dari CoECRS yang mengetuai studi kali ini, sepanjang sejarah, koral banyak yang mati akibat penyebab alami seperti banjir ataupun angin topan. Tetapi, mereka selalu kembali pulih dengan cepat setelah mengalami gangguan alam tersebut.
“Temuan terbaru ini mengindikasikan bahwa kehadiran bangsa Eropa di kawasan pesisir Queensland membawa pengaruh sangat signifikan dan telah menurunkan kemampuan koral untuk pulih dari gangguan alam,” ucap Roff.
Dari skala global, Roff menyebutkan, hasil temuan mereka konsisten dengan laporan terbaru dari kawasan Karibia. Di mana penggunaan tanah telah berubah sejak tahun 1960 dan menyebabkan penurunan drastis koral Acropora di gugusan karang sekitar pantai.
“Temuan ini meningkatkan sebuah kemungkinan realistis bahwa survey koral yang dilakukan saat ini sangat meremehkan kemungkinan perubahan besar yang tak terlihat. Misalnya dengan membandingkan dengan kondisi sebelum gugusan karang mulai didokumentasikan,” kata Roff. “Dengan kata lain, Great Barrier Reef kemungkinan lebih rusak dibandingkan dengan yang kita lihat saat ini,” ucapnya.Pandolfi melanjutkan, studi ini juga menegaskan bahwa apapun yang kita lakukan di daratan, sangat berkaitan dengan apa yang akan terjadi pada Great Barrier Reef di masa depan. “Ini mendesak kita untuk mengambil langkah yang lebih besar dalam rangka mengontrol limbah yang mengalir di sungai dan dampak-dampak lain yang terjadi di daratan,” ucapnya.