Orangutan dan Simpanse Alami Krisis Paruh Baya

By , Selasa, 20 November 2012 | 18:45 WIB
()

Krisis paruh baya ternyata bukan hanya dialami oleh manusia. Orangutan dan simpanse, dua mamalia kerabat dekat manusia, ternyata juga mengalami hal yang sama.

Demikian hasil penelitian Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) yang melibatkan 500 kera besar untuk diteliti. Terdiri dari 172 orangutan dan 336 simpanse.

Kedua jenis kera besar ini menunjukkan pola krisis yang sama dengan manusia ketika mencapai usia tertentu. Tapi ditegaskan oleh para peneliti yang terlibat, kera besar tidak melakukan hal-hal yang dilakukan manusia saat krisis menyerang.

Tapi lebih kepada siklus hidup di mana kesejahteraan mereka meninggi di masa muda, mulai menurun di usia pertengahan, dan naik lagi di usia tua. Disebutkan Andrew J. Oswald, salah satu penulis dalam jurnal penelitian, kera menunjukkan ada penurunan paruh baya dengan tidak melibatkan pernak-pernik kehidupan modern seperti manusia.

"Hasil penelitian kami menyatakan keberadaan manusia bukanlah hal unik yang kita miliki. Meski bisa dijelaskan dengan aspek kehidupan manusia dan masyarakat, keberadaan manusia kemungkinan berdasar dari biologi yang kita bagi bersama kera-kera besar," tulis para peneliti.

Simpanse. (Thinkstockphoto)

Hasil penelitian didapat setelah mewawancarai penjaga kebun binatang, relawan, dan peneliti lain yang bekerja sama dengan orangutan dan simpanse. Mereka menggunakan kuesioner yang biasa digunakan untuk mengukur kehidupan manusia. Hanya saja pertanyaan di dalamnya dimodifikasi untuk kera besar.

Pertanyaan yang diajukan termasuk hal-hal kecil, seperti mood dan kesenangan yang didapat ketika bersosialisasi. Serta bagaimana kesuksesan kera-kera in ketika mencapai suatu hal.

Para pakar menemukan bahwa kera-kera ini mengalami kemunduran dalam kehidupannya di akhir usia 20-an dan awal 30-an. Sedangkan manusia mengalami krisis ini di usia 45 hingga 50. "Penemuan ini memberi dampak kepada sains dan disiplin sosial-sains. Mungkin juga bisa membantu mengindentifikasi cara untuk meningkatkan kehidupan manusia dan kera."

Hanya saja para peneliti tidak bisa menyebutkan alasan mengapa krisis ini bisa dialami para kera besar. Teori yang disampaikan saat ini adalah menyangkut perubahan di otak selama usia pertengahan atau karena pengaruh evolusi.