Mahakarya Mutiara di Perairan Lombok

By , Kamis, 22 November 2012 | 14:30 WIB
()

Pada mulanya, untuk menghasilkan sebuah mutiara diperlukan waktu sekitar 40 tahun, rentang waktu yang diperlukan bagi kerang mutiara untuk menghasilkan mutiara secara alami. Namun, sejak tahun 1900-an, seorang berkebangsaan Jepang, Mikimoto, untuk pertama kalinya membuat industri pembudidayaan mutiara secara modern, yang bertujuan untuk memangkas waktu produksi menjadi hanya sekitar empat tahun. Kini, industri budi daya mutiara telah berkembang ke berbagai penjuru dunia; Amerika Serikat, Australia, Filipina, Myanmar, Cina, termasuk Indonesia.

Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, memang terkenal tak hanya karena keelokan lautnya, namun juga masyhur sebagai asal salah satu jenis batu permata tersebut. Mutiara merupakan satu dari lima batu permata selain berlian, safir, zamrud, dan rubi, dan satu-satunya yang dibentuk oleh organisme hidup.

Mutiara khas dari perairan timur Indonesia berwarna putih, salah satu jenis terbaik dengan nilai jual yang tinggi. Karena dihasilkan oleh makhluk hidup, maka bentuk mutiara yang yang dihasilkan pun beragam; bulat, oval, atau bentuk yang tidak beraturan (baroque).

Di tempat terapung ini kerang mutiara diperiksa kondisinya, setelah sebelumnya dibenamkan di kedalaman lima hingga sepuluh meter sebagai tempat yang pas bagi kerang mutiara berkembang. (Andi Prianto/NGI)

Kekhasan mutiara Lombok memang terletak dari warnanya. Sebuah mahakarya alami dari perairan biru yang mampu merefleksikan kilau mentari dan pendaran sinar rembulan. Tak heran bila nilai jualnya bisa sangat tinggi dan mampu bersaing dalam pasar batu hias dunia. 

Salah satu pemain asing dalam industri mutiara adalah Autore. Perusahaan yang bermarkas di Australia ini memilih Pulau Lombok sebagai salah satu lokasi industri pembudidayaan kerang mutiara.

Berkunjung ke tempat tersebut, Anda tak hanya disuguhi ragam koleksi mutiara berharga ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, namun juga lokasi pantai yang terjaga begitu indah sebagai tempat berkembang biak kerang mutiara. Rindang pepohonan di pinggir pantai akan meneduhkan saat Anda berjalan-jalan menikmati suasana setempat.

"Kerang mutiara yang dibudidayakan Autore di Lombok berasal dari perairan Papua, sebuah lokasi pilihan untuk mendapatkan bibit terbaik. Kerang-kerang mutiara pilihan tersebut kemudian dibekukan dan dikirim ke Lombok untuk proses pengembangbiakan dan pembudidayaan," jelas Saoki, staf Autore.

Saoki menambahkan, bahwa kualitas mutiara dipengaruhi banyak hal. Dari sisi lingkungan, misalnya, dipengaruhi oleh kualitas air, cuaca, dan asupan makanan. Sedangkan dari sisi pengelolaan dipengaruhi transportasi pengiriman kerang dan kebersihan tempat pembudidayaan.

Kelebihan pembudidayaan modern seperti ini tak hanya pada masa produksi yang lebih cepat, namun juga setiap kerang mutiara dapat menghasilkan lebih dari satu mutiara pada periode yang berbeda. Tergantung dari kualitas mutiara yang dihasilkan pada periode sebelumnya.

Kualitas tersebut ditentukan melalui penilaian 5S: shine, surface, shade, shape, and size (kilau, permukaan, corak, bentuk, dan ukuran). 5S merupakan merek dagang Autore sebagai acuan penilaian dan penghargaan mutiara. Sejak Februari 2012 acuan tersebut telah disahkan oleh Institut Gemologi Swiss sebagai acuan klasifikasi mutiara di seluruh dunia.

Bagi Anda yang tak sempat singgah di lokasi industri pembudidayaan mutiara Autore tersebut, Anda dapat bertandang ke sentra industri kerajinan emas, perak, dan mutiara Sekarbela, Mataram, Lombok. Posisinya yang berada di tengah kota memang tidak menjanjikan pemandangan yang elok, namun Anda mendapatkan banyak pilihan yang sesuai dengan keinginan. Di tempat ini juga tersedia mutiara hitam yang didatangkan dari Pulau Tahiti, Polinesia Prancis.