Bila Anda penyuka wisata alam, Gua Pindul yang terletak di daerah Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta bisa menjadi alternatif tersendiri. Saat ini gua ini tengah naik daun lantaran keindahan alamnya yang luar biasa.
Bayangkan saja, lewat petualangan ke sungai bawah tanah kurang lebih satu jam, pengunjung bisa menikmati kehidupan gua secara nyata. Melintasi -sekaligus mengagumi- stalagmit dan stalagtit, kehidupan kelelawar, air sungai yang tenang, hingga wisata spiritual.
Gua Pindul yang populer dengan wisata cavetubing merupakan satu-satunya wisata gua yang masih asli di Indonesia. Menurut pengelola Desa Wisata Bejiharjo sekaligus Koordinator Pengelola Wisata Gua Pindul Subagyo, gua ini menjadi lokasi cave tubing ketiga dunia.
Mengapa demikian? Di dalam Gua Pindul, ungkap Subagyo, stalagmit dan stalagtitnya masih hidup. Kehidupan ekosistemnya seperti fitoplankton, kelelewar, burung sriti, juga masih belum terjamah oleh manusia.
Subagyo menceritakan, gua yang baru dibuka dua tahun lalu ini sebelumnya digunakan warga sekitar untuk mencari kelelawar sebagai obat ketika sakit. Setelah warga melihat potensinya, gua ini baru dibuka untuk tempat wisata.
Berdasarkan legenda, gua ini dimasuki oleh Joko Singlulung untuk mencari ayahnya. Ketika masuk, ia membungkuk seperti batu dan berujung pada penamaan gua menjadi Pindul (dalam bahasa Jawa pipi gebendul).
Petualangan di gua Pindul dilakukan dengan menggunakan ban di mana pengunjung hanya diminta duduk dan saling bergandengan tangan dengan pemandu dan peserta lain. Biasanya satu pemandu akan mengantar lima hingga enam peserta untuk menjelajah gua yang panjangnya kurang lebih 350 meter.
“Sebelum masuk gua, pemandu selalu memberikan panduan seperti larangan memegang apa pun yang ada di gua, penggunaan pelampung, tidak memakai perhiasan, tidak membawa barang-barang. Biasanya saat berpetualang, pengunjung diminta untuk diam agar benar-benar bisa merasakan suasana dan keindahan gua,” kata Subagyo.
Hanya dengan membayar Rp25.000 untuk sekali perjalanan, pengunjung akan melewati tiga zona dalam gua: zona tenang, remang, dan gelap. Saat melewati ketiga zona itu, pemandu akan menjelaskan tentang ekosistem serta jenis stalagtit dan stalagmit yang ada di sana.
Rata-rata usia stalagtit dan stalagmit adalah ratusan tahun dan hingga saat ini masih dapat bertambah panjang. Beraneka bentuk stalagtit dan stalagmit serta bebatuan dapat ditemui di dalam gua Pindul.
Ada stalagtit yang bisa dipukul dan mengeluarkan suara gong. Ada yang bentuk dan warnanya seperti kristal. Namun ada yang jauh lebih menarik. Di sana ada batu perkasa yang dipercaya dapat memberikan keperkasaan pada laki-laki. Jadi bila pengunjung laki-laki yang memegangnya, diharapkan kekuatan batu itu bisa menjadi kenyataan.
“Tak hanya itu, ada air mutiara yang keluar dari stalagtit. Bila ada seorang wanita yang bisa mendapatkan air itu, maka ia akan awet muda. Namun, tidak mudah mendapatkan airnya karena air itu juga jarang keluar,” tambahnya.
Petualangan yang tidak kalah menariknya adalah saat memasuki zona gelap. Saat itu pemandu akan mematikan senter dan meminta pengunjung untuk diam merefleksikan hidupnya masing-masing. Saat itulah sinar akan masuk dalam gua vertikal yang seolah-olah merupakan cahaya dari Ilahi.