Wita Simatupang sebagai wakil dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan, saat ini terdapat 15 Destination Management Organisation (DMO) yang terpilih di antara 88 Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN). Dan Pangandaran terpilih sebagai salah satu kawasan untuk pengembangan wisata desa.
“Hal ini sudah dilakukan dua setengah tahun dan menunjukkan adanya potensi pasar,” papar Wita dalam Jelajah Pangandaran 2012 yang digelar Indonesia Ecotourism Network (Indecon) sepanjang tiga hari (24 – 26/11) dan diikuti National Geographic Indonesia. “Selain mengedepankan wisata desa, potensi Pangandaran lainnya adalah wisata sungai dan kini dikembangkan kemungkinan jelajah gua.”
Acara dibuka dengan mengenalkan peserta Jelajah Pangandaran 2012 kepada seni dan budaya setempat yang berlokasi di Desa Cikahurip. Seperti seni Rengkong, berupa bebunyian repetitif dari bambu pemikul padi saat petani memanggulnya dalam perjalanan dari sawah menuju lumbung padi.
Lantas Gondang, bebunyian dinamis dari proses memukul lesung yang dipadukan dengan kidung (kawih). Tidak kalah seru adalah Ronggeng Gunung, permainan musik tradisional ditambah sinden atau penyanyi. Selain para penari inti, panitia mengundang peserta untuk menari bersama: berkeliling seputar ronggeng, berbaris lalu bergerak gesit, menyelipkan diri di antara dua orang yang bergerak rancak.
Esok harinya, peserta bersepeda menjelajah desa dan pesisir pantai, berkunjung ke desa nelayan, petani penggarap sawah serta melihat pembuatan gula merah. Ary Suhandi, Executive Director Indecon mengungkapkan, “Bersepeda adalah salah satu bagian dari gaya hidup, termasuk upaya mengurangi polusi. Penjelajahan desa pun semakin menarik dengan alat transportasi ini. Harapannya, komunitas penyuka sepeda dapat menjadikan Pangandaran sebagai salah satu destinasi dalam bersepeda.”
Bagian paling menantang dalam acara Jelajah Pangandaran 2012 adalah menyeberang muara sungai menggunakan rakit, menanam mangrove serta lomba memasak. Patut dibanggakan, Tim Dua di mana National Geographic Indonesia menjadi anggotanya menjadi juara pertama!
Tim beranggotakan tiga perempuan dan tiga lelaki dari berbagai latar belakang profesi seperti mahasiswa, jurnalis, pendidik, dan operator tur ini memasak di kediaman warga yang ditunjuk panitia dengan memanfaatkan gula merah sebagai syarat utama.
Kami juga berbagi resep dengan tuan rumah, berbagi sumbang saran serta menghidangkan makanan bersama-sama di saung fungsional milik desa setempat.
Di hari keempat, dalam perjalanan kembali dari Pangandaran, peserta diajak singgah ke Tasikmalaya. Tantan Rustandi, Kepala Dinas Pariwisata Tasikmalaya yang menyambut kedatangan rombongan di gedung Balaikota Tasikmalaya memberikan sambutan, “Kota kami kadang-kadang terlewatkan oleh wisatawan, sehingga adanya acara Jelajah Pangandaran ini diharapkan menjadi jembatan kehadiran mereka.”
Selesai beramah-tamah, peserta diajak menilik beberapa sentra wisata kriya. Di antaranya pembuatan batik tulis dan cap, payung lukis, sampai kelom geulis.