13 Desember 1937, Pemerkosaan Kota Nanking

By , Kamis, 13 Desember 2012 | 15:34 WIB
()

Tepat pada 75 tahun lalu, 13 Desember 1937, 50 ribu tentara Jepang menginvasi kota Nanking di Cina. Pasukan ini membunuh 300 ribu dari 600 ribu penduduk sipil dan tentara Cina yang dikenal dengan peristiwa Pemerkosaan Nanking.

Penaklukan kota Nanking sebagai pusat budaya dan politik Cina dimulai pada pertengahan 1937. Dimulai dari Shanghai, pasukan Jepang membual dapat menaklukkan seluruh Cina dalam waktu tiga bulan. Namun, tanpa disangka, warga Nanking memberi perlawanan sengit. Ini membuat jadwal penaklukkan Jepang terhadap Cina meleset dari target.

Perlawanan ini juga yang membuat pasukan Jepang makin beringas saat akhirnya Nanking jatuh ke tangan mereka. Target pertama pemusnahan massal adalah tentara Cina dalam tahanan.

Bagi tentara Jepang, tentara yang tertangkap atau menyerah adalah tindakan pengecut. Hal ini membuat Jepang memandang rendah pasukan Cina dan memperlakukan mereka tidak selayaknya manusia.

Sungai Qinhuai, salah satu lokasi favorit di kota Nanking, Cina. (Thinkstockphoto)

Diperkirakan, tentara Jepang membantai 150 ribu "tahanan perang" ditambah 50 ribu lelaki sipil. Paling memilukan adalah pemerkosaan dan pembunuhan 20 ribu perempuan.

Dalam History Place disebutkan, tentara Jepang memerkosa perempuan dari usia delapan hingga 70 tahun. Lebih dari 20 ribu perempuan diperkosa bersama lalu dibunuh menggunakan bayonet.

Sayangnya berita mengenai tragedi ini kurang mendapat reaksi dari dunia Barat --yang saat itu lebih fokus pada pendudukan Nazi di Eropa. Padahal Pemerkosaan Kota Nanking merupakan kekejaman terburuk yang terjadi saat Perang Dunia II, baik di zona Pasifik maupun Eropa.

Selepas PD II, Jenderal Matsui Iwane yang memerintahkan penghancuran Nanking, diputuskan bersalah dan dihukum mati oleh Pengadilan Militer Internasional