Reli Dakar Ancaman Bagi Fosil Berusia Lebih dari 20 Juta Tahun

By , Senin, 17 Desember 2012 | 15:04 WIB

Para pakar paleontologi memperingatkan, acara balap tahunan, Reli Dakar, akan merusak fosil paus dan lumba-lumba yang berusia lebih dari 20 juta tahun. Peringatan ini diberikan jelang Reli Dakar edisi tahun 2013.

Contoh kerusakan terlihat di beberapa titik sepanjang 8.400 kilometer yang jadi lintasan reli pada tahun 2012. Terjadi kerusakan fatal dan tak bisa diperbaiki lagi di situs kuno Miocene, region Ica, selatan Peru.

"Bukti kerusakan di area Ica, di mana Anda bisa melihat kehancuran banyak fosil karena terlindas kendaraan-kendaraan ini," ujar Vildoso Carlos, Direktur dari Peruvian Institute of Palaeontology, Sabtu (15/12).

Reli Dakar merupakan balap off-road tahunan yang dimulai dari Prancis ke Dakar di Senegal. Beberapa tahun belakangan, rutenya mulai merambah ke Amerika bagian selatan, termasuk Peru dan Cile.

Reli Dakar 2013 akan menyuguhkan pertarungan 459 kendaraan, mulai dari sepeda motor hingga truk. Mereka akan mengarungi 8.400 kilometer wilayah Peru dan Cile pada Januari 2013 dan menginap di Argentina.

Disebutkan Direktur Musem Paleontologi Lima's Meyer Honninger, Klaus Honninger, pihaknya sudah mengajukan komplain atas kerusakan ini. Namun, kurang mendapat tanggapan.

Dikatakan Honninger, masalah bukan saja berasal dari kendaraan yang melintas, tapi juga penonton yang kurang menghargai situs-situs bersejarah di Peru. "Mereka meninggalkan gurun (lintasan balap) dalam kondisi buruk. Saya melihat sendiri orang menghancurkan fosil paus vertebrae dan membuang sampah sembarangan," keluh Honninger.

Gurun Ocucaje sebagai salah satu lintasan balap Reli Dakar diketahui kaya akan fosil hiu dan paus berukuran hingga 20 meter. Di lokasi ini pula, para pakar geolog Peru menemukan paus yang diperkirakan berusia 3,6 juta tahun pada Februari 2012.

Menteri Kebudayaan Peru, Luis Peirano, berjanji akan melindungi kekayaan Peru. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan pihak berwenang di tiap wilayah untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. "Peru punya kebudayaan yang harus dilindungi," kata Peirano.