Teknik Silin untuk Pemulihan Hutan Indonesia

By , Selasa, 18 Desember 2012 | 16:30 WIB

Teknik silin dinilai mampu untuk merehabilitasi dan meningkatkan produktivitas hutan di Indonesia. Dengan teknik ini, produktivitas kayu naik menjadi delapan hingga sepuluh kali lipat dan jangka waktu masa panen lebih cepat.

Hal ini mengemuka dalam diskusi tentang silin di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Senin (17/12) yang dihadiri oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, yang mendukung usulan Fakultas Kehutanan UGM untuk menerapkan penggunaan teknik silin untuk rehabilitasi dan meningkatkan produktivitas hutan.

Menhut mengaku melihat langsung praktik pemanfaatan teknik silin di beberapa kawasan hutan di Kalimantan. “Teknik silin ini memang bagus sekali, produktivitas meningkat delapan hingga sepuluh kali dari pada hutan alam. Jika menebang hutan alam 1.000 hektare, dengan teknik ini cukup 100 hektare saja dengan hasil yang sama,” kata Menhut.

Lewat teknik silin, pengelola hutan hanya butuh sekitar sepuluh persen luasan hutan untuk meningkatkan produktivitas hutan. Masa panen yang biasanya 60 tahun, dengan silin bisa 15 - 20 tahun dengan diameter sama besar.  

“Kita akan dukung dengan anggaran melalui perubahan Peraturan Pemerintah, agar dana reboisasi bisa dikembalikan dalam bentuk penanaman kayu kembali,” papar Menhut.

Sementara itu, UGM menjadi pelopor pengembangan teknik silin yang dikembangkan oleh Prof.Soekotjo, (alm) Prof.Oemi Hani’in Suseno, dan Prof.Muhammad Naiem dari Fakultas Kehutanan UGM sejak awal era tahun 1990. Kala itu, ide awal pengembangan teknik ini diwujudkan atas keprihatinan laju deforestasi hutan.

Prof.Soekotjo mengatakan, silin adalah salah satu teknik terbaik untuk merehabilitasi hutan bekas tebangan. Teknik ini juga terbukti mampu mempertahankan kondisi hutan muda tropis dalam meningkatkan serapan karbon, perbaikan tata air, dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Teknik ini menggunakan spesies asli hutan humida tropis indonesia dengan memanfaatkan ruang jalur 15 persen di dalam total kawasan hutan yang dikelola. Hutan Humida Tropis Indonesia  (HHTI) memiliki peran penting dalam mendukung ketersedian sumber pangan, energi biomassa, material medis, penghasil kayu kualitas tinggi untuk merevitalisasi industri kehutanan.

Ia menambahkan, dalam 30 mendatang, teknik silin bisa memproduksi kayu mencapai 35 juta kubik per tahun, produksi methanol sepuluh ribu ton per hari, dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 15 juta orang.

“Keberhasilan praktik teknik silin nantinya bisa diketahui langsung oleh dunia karena bisa monitoring lewat citra radar dari satelit. Selama ini teknik ini sudah dikembangkan lebih dari 70 ribu hektare di berbagai lokasi,” ujarnya.