Menjumpai Petilasan Karl Marx, Mencari Tempat "Si Kecil Pipis"

By , Minggu, 23 Desember 2012 | 09:00 WIB

Tampak patung angsa putih berkaki dan berparuh kuning yang tengah mengepakkan sayapnya dalam naungan nuansa flora nan menghijau. Patung angsa itu menghias di atas pintu rumah berlantai empat dengan gaya Prancis berbalkon. Sebuah tulisan warna emas tercetak tebal menandai usianya “Anno 1698”. Inilah La maison du Cygne atau Rumah Angsa yang sohor itu di kawasan Grand Place.

Banyak orang menikmati es krim atau wafel sambil duduk di bangku depan bangunan yang kini menjelma restoran ini. Barangkali jarang orang yang tahu, Karl Marx dan Friedrich Engels, filsuf Jerman itu pernah berada di rumah itu selama pertemuan bersama serikat kerja Jerman pada 1847. Di Brusel pula Marx menulis buku Manifest der Kommunistischen Partei yang kelak menjadi ideologi yang sangat berpengaruh di dunia.

La maison du Cygne di kawasan Grand Place, Brusel. Karl Marx dan Friedrich Engels, dua filsuf asal Jerman, pernah berada di rumah itu selama pertemuan bersama serikat kerja Jerman pada 1847. Di Brusel pula Marx menulis buku "Manifest der Kommunistischen Partei" yang kelak menjadi ideologi yang sangat berpengaruh di dunia. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Rumah itu hanya beberapa langkah dari Hotel de Ville yang merupakan bangunan tertinggi di kawasan Grand Place. Hotel de Ville dihiasi puluhan patung berbagai karakter yang merujuk pada tokoh bangsawan, orang suci, dan tokoh alegori. Menara segi delapannya setinggi hampir seratus meter.

Konon, kawasan Grand Place merupakan ruang publik terindah di seantero Eropa. Warga dapat menikmati lapangan kota dan indahnya arsitektur gedung-gedung yang pada awalnya dibangun pada abad ke-15.

Di permukiman lawas yang terletak seratusan meter di belakang Hotel de Ville terdapat ikon Kota Brusel: patung anak kecil telanjang yang sedang buang air kecil—Manneken Pis. Patung perunggu itu berdiri di sudut Kota Brusel sejak 1619. Kadang orang tak mengira kalau sejatinya patung yang terkenal seantero dunia itu setinggi kurang dari panjang lengan orang dewasa.

Kalau New York punya Liberty dan Jakarta punya Monas, maka Brusel punya Manneken Pis. Meski Ikon ini cukup mini, legendanya sohor ke seluruh dunia. Sekitar patung ini banyak sekalai gerai-gerai yang menawarkan coklat dalam bentuk "Si kecil Pipis". (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Eropa masih saja memberikan kejutan istimewa bagi para pelancongnya. Untuk kemudahan menjelajahinya, Garuda Indonesia menawarkan rute Jakarta-Abu Dhabi-Amsterdam setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu. Sementara rute Amsterdam-Abu Dhabi-Jakarta setiap Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Simak kisah perjalanan di dua benua sembari mencecapi dua budaya dalam nuansa cuaca nan ekstrem selama sepuluh hari. Kami akan mengajak Anda untuk merambahi teriknya gurun di Semenanjung Arab hingga menjejaki dinginnya kota-kota kuno di Eropa Barat dalam Kelana Dua Tradisi Benua di National Geographic Traveler Edisi Januari 2013.