Bencana Hidrometeorologi Diprediksi Dominasi 2013

By , Kamis, 27 Desember 2012 | 14:55 WIB

Bencana seperti banjir, longsor, puting beliung, kekeringan, kebakaran lahan serta hutan, dan gelombang pasang akan mendominasi bencana di Indonesia pada 2013 mendatang. Bencana ini diprediksi akan lebih banyak dibandingkan dengan bencana geologi, sosial, dan biologi.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (27/12). Peningkatan bencana hidrometeorologi tersebut tidak lepas dari pengaruh perubahan iklim global dan antropogenik.

Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2012, pemanasan global telah menyebabkan wilayah tropis meluas hingga 18 derajat lintang utara/lintang selatan. "Secara vertikal tinggi awan-awan cumulonimbus yang menyebabkan hujan deras juga bertambah tinggi. Sebelumnya tinggi puncak awan hanya 13 kilometer. Tetapi sekarang menjadi 17 kilometer," tambah Sutopo.

BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei 2013. Dengan melihat pola dan karakteristik hujan di Indonesia, maka diperkirakan puting beliung berpotensi hingga Maret-April 2013.

Sedangkan banjir dan longsor berpotensi terjadi hingga April 2013. Puncak banjir dan longsor Januari sampai dengan Februari 2013. Lain lagi dengan banjir lahar dingin yang berpotensi terjadi di Gunung Merapi, Gamalama, Bromo, Lokon dan Soputan hingga Maret 2013.

Kebakaran lahan dan hutan selama musim kemarau berpotensi terjadi di delapan provinsi "langganan," yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, dan Kaltim. Kekeringan berpotensi terjadi selama Agustus-Oktober di Jawa, Bali, NTT dan daerah-daerah yang defisit air.

"Gempa bumi dan tsunami belum dapat diprediksikan secara pasti kapan, besaran, dan di mana," tambah Sutopo.

Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) dari tahun 1825 - 2012, jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana geologi lebih banyak dibandingkan hidrometeorologi. Dari 292.330 orang  meninggal dan hilang, sekitar 74 persen akibat bencana geologi, sedangkan 26 persen bencana hidrometeorologi dan lainnya.