Bila Anda datang ke pantai baru Pandansimo Bantul, Daerah Itimewa Yogyakarta pada 27 hingga 31 Desember 2012, akan terlihat pemandangan lain. Yakni berbagai macam kincir angin yang dibuat oleh 28 tim mahasiswa dari 13 perguruan tinggi di Indonesia.
Kompetisi yang baru pertama kali diadakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek), UGM, serta pemerintah Kabupaten Bantul ini merupakan tantangan bagi mahasiswa untuk mengembangkan turbin angin yang mampu menghasilkan energi dengan memanfaatkan kecepatan angin yang berfluktuasi di sepanjang pantai.
Menurut salah satu anggota dewan juri, Eka Firmansyah, komptisi ini tidak hanya dinilai dari aspek desain kincir. Tapi juga kemampuannya dalam menyesuaikan kecepatan angin dalam menghasilkan energi listrik.
Eka menjelaskan, masing-masing tim disediakan generator dengan daya 400 watt untuk mengonversi energi angin menjadi energi listrik. “Setiap tim tidak diberikan batasan dalam menggunakan jumlah baling-baling, asal listrik yang dihasilkan jauh lebih besar meski hanya mengandalkan kecepatan angin rata-rata di bawah sepuluh meter per detik," ujarnya beberapa hari lalu saat jumpa pers di Yogyakarta.
Kepala Bidang Transfer Iptek Kemenristek Ari Hendrarto Saleh mengatakan, kegiatan perlombaan kincir angin tingkat mahasiswa ini dimaksudkan untuk mendorong generasi muda menguasai iptek bidang energi baru dan terbarukan. “Harapannya bisa menemukan cara lain supaya ketahanan energi kita tetap terjaga,” katanya, Jumat (28/12).
Asisten Deputi Iptek Masyarakat Kemenristek Momon Sadiyatmo mengatakan, kompetisi lomba desain kincir ini tak hanya untuk meningkatkan animo mahasiswa di bidang energi hibrid. Juga mendorong makin banyaknya muncul hasil penelitian dan pengembangan produk energi baru terbarukan.
Yang tidak kalah penting, tambahnya, adalah memperkenalkan pusat pembangklit listrik tenaga hibrid yang ada di kawasan pantai Pandansimo, Bantul. Di kawasan seluas 17 hektar ini pemanfaatan tenaga surya dan tenaga angin diperuntukkan untuk kegiatan pendidikan, pertanian, perikanan, peternakan, dan pariwisata.
Bahkan dilengkapi dengan workshop instalasi kincir angin dan sel surya dengan total kapasitas 85 kilowatt. “Ristek akan terus mempromosikan dan diseminasikan ke seluruh masyarakat terhadap hasil-hasil pemanfaatan energi baru terbarukan,” kata Momon.
Salah satu tim dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Ramadhan Wahid, mengaku sangat mengapresiasi perlombaan ini. Ia bersama rekannya menghabiskan dana Rp900 ribu untuk membuat kincir berdiamter 120 sentimeter dengan panjang baling-baling 46 sentimeter. Dengan perlombaan ini, ia berharap akan banyak generasi muda yang handal dalam dunia iptek.