Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) yang berada di Km.23 Jalan raya Balikpapan-Samarinda, Balikpapan, Kalimantan Timur, terpaksa berakhir masa operasionalnya.
KWPLH yang selama ini menjadi lokasi konservasi beruang madu (Helarctos malayanus) dianggap tidak menguntungkan secara finansial. Dalam waktu tiga bulan, kawasan ini tidak lagi mampu membiayai segala operasional yang diperlukan. Mengingat DPRD Kota Balikpapan mencoret dana keperuntukan KWPLH dari sebelumnya Rp1,6 miliar menjadi hanya Rp500 juta.
Dengan demikian, KWPLH hanya akan bertahan dari Januari hingga Maret 2013. "Kalau memang ini pariwisata kenapa PAD tidak meningkat, apalagi di sana semua beruang cacat, lebih baik beruang tersebut dipindahkan ke habitatnya," ungkap Ketua DPRD Kota Balikpapan Andi Burhanuddin Solong seperti dilansir dari Mongabay Indonesia, Senin (14/1).
Rencana mengganti KWPLH menjadi bumi perkemahan, juga tidak mengubah keputusan untuk menutup dan merelokasi beruang madu. Padahal hingga saat ini, beruang madu jadi sahabat anak-anak di sekolah setempat dengan masuk dalam kurikulum muatan lokal yakni Pendidikan Lingkungan Hidup.
Gabriella Fredriksson, peneliti asal Belanda, mengatakan, sulit menemui beruang madu yang hidup di alam. Kalau pun bisa paling hanya bisa melihat di atas ubin kebun binatang.
"Jarang orang yang dapat melihat beruang madu yang berbaur dengan alam, seperti di enklosur beruang madu KWPLH. Hal ini merupakan pengalaman berharga bagi khususnya anak-anak sebagai salah satu pendidikan lingkungan hidup," kata Fredriksson.
KWPLH diketahui memiliki lima ekor beruang madu yang kesemuannya pernah ditangkap dan dikomersialisasikan. Selain enklosur beruang madu, objek wisata ini juga dilengkapi dengan pusat informasi beruang yang dirancang khusus untuk membantu anak-anak memahami keberadaan jenis-jenis beruang di dunia.
Setiap akhir pekan, pengunjung KWPLH bisa mencapai 1.000 orang. Pada tahun 2012 lalu, pihak KWPLH mencatat sekitar 60 ribu pengunjung yang menyaksikan enklosur beruang.