Solusi Berdampingan dengan Perubahan Iklim: Gunakan Air Banjir

By , Kamis, 17 Januari 2013 | 09:00 WIB
()

Air berwarna kecoklatan membaur dengan aspal jalan di beberapa titik lokasi di provinsi DKI Jakarta. Apa yang terjadi selanjutnya sudah bisa ditebak: kendaraan tersendat, macet tidak bergerak, warga yang melintas frustasi.

Kejadian beruntun seperti ini menjadi "acara" tahunan yang harus siap dihadapi warga Ibu Kota. Hingga Rabu (16/1), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis 9.374 jiwa mengungsi dari banjir Jakarta. Tinggi banjir bervariasi dari sepuluh sentimter hingga tiga meter. 

Ironisnya, apa yang terjadi saat banjir -berlebihnya air- adalah kebalikan dari kondisi air baku yang sekarang ini. Peningkatan suhu akibat perubahan iklim mengakibatkan semakin tingginya penguapan sumber air permukaan seperti sungai, danau, dan waduk sehingga mengurangi jumlah air baku.

Penguapan ini sekaligus menurunkan kualitas sumber air permukaan hingga batas bawah toleransi akibat makin pekatnya bahan pencemar, salinitas, dan mikroorganisme air pembawa wabah penyakit.

Armi Susandi, Wakil Ketua Kelompok Kerja Adaptasi dari Dewan Nasional Perubahan Iklim, menyarankan untuk memanfaatkan berlimpahnya air saat banjir di Jakarta. Air bah ditampung dan diolah agar menjadi sumber air saat musim kering melanda.

"Di negara-negara Asia Selatan, sudah ada manajemen air yang ditampung di hulunya, dialihkan sebagai sumber air," kata Armi ketika menjadi moderator di acara "Langkah Adaptasi Perubahan Iklim Untuk Menjamin Suplai Air Baku PDAM," di Jakarta, Rabu (16/1).

Rahmat Khairulagus/fotokita.net

Menampung air hujan juga merupakan bentuk adaptasi manusia dengan perubahan iklim. Fenomena ini sudah terjadi dan tidak mungkin dihindari. Maka itu sekarang adalah waktunya manusia belajar hidup berdampingan dengannya.

Penampungan air hujan ini sekarang tengah dicontohkan oleh Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatra Utara. Wilayah ini berkontribusi atas 20 persen air untuk Medan --Ibu Kota Sumut.

"Sumur yang dikembangkan di sini (Sibolangit) adalah sumur resapan, galian yang dikembangkan dengan dimensi dua meter panjang, dua meter lebar, dan dua meter dalam," kata  Asep Mulyana, Water Resources Management and Climate Change Specialist dari Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH).

IUWASH sendiri adalah badan yang ikut bekerja sama dengan Coca-Cola Foundation dan Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) dalam pembangunan 800 sumur resapan di Sibolangit. Sumur ini nantinya akan memasok 15-20 persen air baku PDAM Tirtanadi --pemasok ke dua juta penduduk Medan pengguna air perpipaan.

Senada dengan keduanya, peneliti utama di Puslit Limnologi LIPI, Ignasius Dwi Atmana S., juga menyarankan mengenai penampungan air banjir. Mengingat tidak ada lagi solusi lain.