Sanitasi Pengungsi Banjir Masih Terbatas, Waspadai Timbul Penyakit

By , Senin, 21 Januari 2013 | 10:20 WIB
()

Pemerintah terus melakukan upaya penanganan tanggap darurat bencana banjir Jakarta. Bantuan baik logistik maupun peralatan yang diberikan BNPB total senilai Rp15,4 miliar..

Jumlah pengungsi yang tersebar di sekitar 121 titik lokasi terendam banjir hingga kini sudah mencapai lebih dari 18.000 jiwa. Tetapi sanitasi di sebagian posko pengungsian yang ada tidak terlalu baik.

Perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan, asupan makanan, ketersediaan air bersih, dan sarana MCK yang layak. Ketersediaan air bersih terbatas karena selama banjir banyak sumber air yang akibat banjir terendam dan terkontaminasi.

Menurut Kepala Subdivisi Tanggap Darurat dan Pemulihan, Markas Pusat Palang Merah Indonesia, Tia Kurniawan, tempat pengungsian yang telah dipersiapkan pada umumnya berupa gedung sekolah dengan fasilitas air bersih yang lebih memadai. Namun, banyak korban dilaporkan menolak diungsikan ke lokasi itu dengan alasan jauh dan memilih membangun tenda darurat.

Ari Fahrial Syam, dokter ahli penyakit dalam dari Universitas Indonesia menyatakan, Jumat (18/1), tempat-tempat pengungsian menjadi dingin dan lembab akibat hujan, penuh sesak, dan bising. "Kemudian mereka tidur berjejal dengan alas seadanya, serta fasilitas mandi cuci kakus tak memadai," ujar Ari.

Buruknya sanitasi di pengungsian bisa menyebabkan berbagai penyakit. Lokasi posko Bukit Duri, Jakarta Selatan. (Gloria Samantha/NGI)

Kondisi lingkungan yang tidak nyaman ini, ditambah rentannya daya tahan tubuh akibat perubahan pola hidup dan stres— amat berpotensi memunculkan penyakit fisik dan psikis.

Senada disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, dalam siaran persnya, tiap pengungsi harus mewaspadai risiko kesehatan yang mengancam korban banjir.

Penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri leptospira, termasuk salah satunya. Di Indonesia, penularan terutama oleh tikus melalui kotoran dan urine. Pada waktu banjir, tikus-tikus keluar dan berkeliaran di sekitar manusia hingga kotoran dan urine tikus akan bercampur dengan air banjir.

Bakteri leptospira dapat masuk ke tubuh manusia dari luka di permukaan kulit. Tingkat kematian akibat terjangkit leptospirosis tinggi, dengan angka lima hingga 40 persen.

Di samping leptospirosis, penyakit lain di antaranya diare, demam tifoid, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan berbagai penyakit kulit pun mudah menyerang saat banjir. Penggunaan air tercemar menyebabkan diare, muntaber, serta gatal-gatal.