Ypupiara lopai, Spesies Baru dari Dinosaurus Berbulu di Brasilia

By Maria Gabrielle, Minggu, 15 Agustus 2021 | 09:00 WIB
Ilustrasi Ypupiara lopai, spesies baru dinosaurus berbulu dari Brazil. (Guilherme Gehr.)

Nationalgeographic.co.id - Ahli paleontologi di Brasilia berhasil mengungkap spesies baru dari dinosaurus. Spesies ini hidup antara 72 juta hingga 66 juta tahun yang lalu atau pada Zaman Kapur Akhir.

Diberi nama Ypupiara lopai, masuk dalam jenis Unenlagiine, sub famili dari dinosaurus theropoda berbulu, di famili Dromaeosauridae. Dilansir dari Sci News, Arthur Brum dan rekan-rekannya dari Museu Nacional-Universidade Federal do Rio de Janiero, Brasilia, mengatakan bahwa Dromaeosauridae dapat ditemukan di semua benua selama era Mesozoikum.

Di daratan Gondwana, garis keturunan Unenlagiine merupakan diversifikasi dromaeosaurid, terdiri dari lima spesies yang ditemukan di daerah Argentina. Para peneliti menjelaskan bahwa dromaeosaurid tersebut dikenali dari banyaknya gigi, serta carinae dan gigi kecil (denticles) yang jumlahnya sedikit.

“Di antara semua unenlagiines, hanya dua spesies - Buitreraptor gonzalezorum dan Austroraptor cabazai –yang memiliki bagian tengkorak, termasuk gigi rahang atas (maxillary) dan gigi rahang bawah (dentary), hal ini mempersempit studi ciri-ciri gigi dalam kelompok,” jelas Arthur Brum kepada Sci News.

Baca Juga: Apakah Primata Purba Berdampingan dengan T. Rex? Bukti Baru Perkuat Teori

“Keberadaan spesimen Unenlagiinae di Brasil terbatas pada satu vertebra dorsal dari urutan Campanian-Maastricht pada Formasi Adamantina,” lanjutnya.

Fosil Ypupiara lopai ini ditemukan di Peiropolis, sebuah distrik pedesaan daerah Uberaba, Mina Gerais, Brasilia, antara tahun 1940an dan 1960an. Fosil ini merupakan temuan penting dari Zaman Kapur di Brasilia.

Diyakini Ypupiara memiliki panjang sekitar 2,5 – 3 meter. Karakteristik ini mengklasifikasikannya sebagai hewan berukuran sedang hingga besar, jika dibandingkan dengan raptor. Dari ukurannya bisa diketahui kebiasaan dari hewan tersebut. Salah satunya adalah pola makan.

“Sangat mungkin (Ypupiara lopai) ini memakan ikan dan hewan kecil, seperti amfibi dan kadal, yang sesuai dengan kondisi Triângulo Mineiro sekitar 72 juta dan 66 juta tahun lalu, menjelang Zaman Kapur Akhir yang menandai kepunahan dinosaurus non-unggas,” jelas pihak dari Museu Nacional/UFRJ kepada Somag News.

Fosil rahang Ypupiara lopai yang dianalisa. (Papers in Palaeontology)

Penemuan ini dipublikasikan di Papers in Palaeontology dengan judul A New Unenlagiine (Theropoda, Dromaesauridae) From The Upper Cretaceous of Brazil di laman Wiley Online Library. Adapun fosil yang diteliti adalah sebagian rahang atas dan giginya serta sebagian rahang bawah.

Dalam jurnalnya para peneliti menulis bahwasannya Ypupiara lopai lebih banyak memiliki kesamaan dengan spesies Buitreraptor gonzalezorum. Dibuktikan dari lebarnya jarak antar gigi di rahang atas, dan kondisi gigi ziphodont. Meskipun secara morfologi Ypupiara lopai lebih mirip dengan Buitreraptor gonzalezorum, tetapi jika melihat proporsinya ada kemiripan dengan Austroraptor cabazai.

Sebagaimana dicatat dalam buku katalog Museu de Ciências da Terra (MCT) di Rio de Janeiro, elemen-elemen tersebut dianggap milik satu individu, sebab ditemukan berdekatan. Hanya saja catatan tersebut hilang saat kebakaran di tahun 2018 yang menghancurkan sebagian museum dan koleksinya.

Baca Juga: Spesies Baru Dinosaurus di Argentina Diberi Nama 'Penyebab Ketakutan'

Para peneliti menyimpulkan Ypupiara lopai memberikan informasi baru tentang evolusi dromaeosaurid di Gondwana. Sementara itu, fosil gigi memberikan petunjuk tentang gigi dromaeosaurid dari Gugus Bauru.

Sebagai informasi, Gugus Bauru merupakan pembagian dari sub Ceruk Bauru yang meliputi Paraná Basin di Minas Gerais, São Paulo, General Salgado, Itapecurum-Mirim, Mato Grosso yang ada pada Zaman Kapur Akhir.

Zaman Kapur merupakan periode terakhir dari era Mesozoikum. Dikutip dari Britannica, era Mesozoikum ini dimulai dari Zaman Trias, dilanjutkan dengan Zaman Jura. Dimulai 145 juta tahun silam dan berakhir 66 juta tahun lalu, menjadikannya zaman paling lama pada eon Fanerozoikum. Kepunahan dinosaurus terjadi pada akhir zaman ini.