Riwayat Batavia Lama, Si "Ratu dari Timur"

By , Jumat, 25 Januari 2013 | 13:15 WIB

Apa yang dialami wilayah Batavia Lama (Oud Batavia), yang selesai dibangun di bawah JP Coen pada era tahun 1640, sepekan lalu adalah banjir besar pertama sepanjang riwayatnya.

Air yang tergenang mencapai sepinggang orang dewasa atau sekitar 80 sentimeter. Kali Besar yang membelah dua jalan, Jalan Kalibesar Timur dan Kalibesar Barat, Kamis (17/1) siang nampak meninggi airnya dan hampir mencapai Jembatan Kota Intan.

Chandrian Attahidayat, sejarawan dan juga Kepala Balai Konservasi Jakarta, mengungkapkan, dari koleksi foto lama tidak pernah ada genangan air yang lebih dari 30 sentimeter selama itu.

Ia bercerita, bahwa 370 tahun silam, Gubernur Jenderal JP Coen sangat keras dan teliti mengikuti proses pembangunan Batavia Lama. Transportasi, taman kota, saluran air, dan kawasan pedestrian yang dibuat dengan selasar sehingga nyaman.

Tidak mengherankan bila kawasan cantik ini lantas populer dengan nama "Ratu dari Timur" atau "Permata dari Asia", kala itu.

Saat ini Kota Tua seluas 846 hektare memiliki 284 bangunan cagar budaya (BCB). Di ujung selatan ditandai dengan BCB berupa rumah Gubernur Jenderal VOC Reiner de Klerk (1777-1780) yang kini menjadi gedung arsip nasional di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat.

Di ujung utara ditandai dengan BCB Masjid Luar Batang, Jakarta Utara. Sementara pada ujung timur ditandai dengan Bank BNI, dan pada ujung barat terdapat bangunan Masjid Bandengan.

Di tahun 1810, Daendels yang menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda memindahkan pusat pemerintahan di kawasan Batavia Lama ke kawasan Weltevreden (sekarang Lapangan Banteng). Namun, penataan Oud Batavia tidak pernah diabaikan.

Tahun 1905, Pemerintah Hindia Belanda masih merenovasi sang kota tua dengan struktur bangunan Art Deco. "Kali Besar diluruskan dan dibangun kembali. Hingga kapal berukuran sedang bisa kembali merapat sampai tepian Kali Besar," tutur Chandrian.