Salah satu faktor penyebab anjloknya populasi katak dan kodok adalah pestisida yang biasa digunakan di lahan pertanian. Dari serangkaian uji coba yang dilakukan oleh peneliti asal Jerman, diketahui bahwa jika digunakan dalam dosis yang direkomendasikan, fungisida dan insektisida bisa membunuh 40 persen kodok setelah tujuh hari. Dalam kasus tertentu, 100 persen kodok tewas hanya dalam waktu satu jam.
Dalam studinya, Carsten Bruehl, peneliti dari University of Coblenz-Landau, Jerman dan timnya menggunakan sampel total 150 ekor Rana temporaria, kodok yang biasa ditemukan di Eropa dan memaparkan mereka pada tujuh produk agrikultural yang biasa digunakan. Para kodok ditempatkan dalam wadah besar dan kondisi laboratorium tempat uji coba disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan.
Pada pengujian, bahan kimia disemprotkan satu kali dalam volume yang setara dengan jumlah akan didapat oleh kawasan seluas bidang tersebut di alam nyata. Ada tiga dosis yang disemprotkan, yakni dalam konsentrasi yang direkomendasikan, sepersepuluh dosis seharusnya, dan sepuluh kali lipat dari dosis yang seharusnya.
Tiap-tiap kondisi eksperimen melibatkan tiga ekor kodok. Jika ketiganya selamat dalam 24 jam pertama, dua kodok lain diikutsertakan dalam percobaan. Namun, jika ketiga kodok tewas sebelum 24 jam percobaan, dua kodok lain tidak diikutsertakan.
Hasilnya, menurut peneliti, zat paling beracun, yakni Headline, yang biasa digunakan untuk mencegah timbulnya jamur pada kedelai dan gandum ternyata sangat berbahaya. Dalam dosis yang direkomendasikan saja, zat ini ternyata mampu membunuh seluruh kodok percobaan dalam satu jam.
“Hewan amfibi sangat ringkih terhadap bahan-bahan kimia seperti ini karena kulit mereka sangat sensitif,” sebut Bruehl dalam laporannya. “Penelitian kami menunjukkan bahwa racun pada pertanian sangat mengkhawatirkan dan dalam skala besar akan berdampak negatif terhadap populasi amfibi,” ucapnya.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang mengeluarkan daftar “Red List” yang mencatat spesies-spesies yang terancam punah, sekitar 41 persen spesies katak dan kodok berada dalam risiko kepunahan.
Faktor penyebabnya adalah hilangnya habitat, polusi, kebakaran, perubahan iklim, penyakit, dan eksploitasi lahan yang berlebihan. Namun, dari laporan terbaru yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports tersebut, terungkap bahwa ternyata kerusakan yang diakibatkan oleh pestisida belum pernah masuk hitungan.