Proses pembebasan Mali dari kelompok milisi Ansar Dine memakan "korban" sejarah dan catatan kuno penting. Selasa (29/1), kaum militan ini membakar Pusat Dokumentasi dan Riset Ahmed Baba, Timbuktu, Mali Utara.
Insiden ini membuat 2.000 manuskrip yang disimpan di bangunan tersebut, ludes terbakar. Namun, dipastikan sekitar 300 ribu manuksrip lainnya selamat. "Mereka ditempatkan di tempat aman, saya jamin itu. Manuskrip-manuskrip itu dalam keamanan total," kata Mahmoud Zouber yang sebelum okupasi kaum militan merupakan ajudan presiden dalam urusan agama.
Lokasi penyimpanan manuskrip ini sengaja tidak diberitahukan demi keamanan. Lokasinya pun sengaja di luar dari Pusat Dokumentasi dan Riset Ahmed Baba."Masih ada beberapa item yang disimpan di Perpustakaan Ahmed Baba, tapi sisanya kami jauhkan," kata Shamil Jeppie, Direktur dari Proyek Manuskrip Timbuktu di Universitas Cape Town.
Bukan yang pertama
Ancaman pemusnahan manuskrip kuno ini bukanlah yang pertama. Pada tahun 1591, manuskrip ini disembunyikan di dinding lumpur mesjid ketika bangsa Maroko menginvasi.
Bangsa penjajah ini memang sengaja membunuh kaum terpelajar dan melarang adanya teks tertulis dengan tujuan mengambilalih kontrol perdagangan emas.
Hingga saat ini manuskrip tertua yang ditemukan berasal dari tahun 1204. Naskah-naskah kuno ini berisi mengenai kehidupan makmur di Afrika. Termasuk adanya perkembangan sastra, ilmu pengetahuan, dan sejarah.
Manuskrip yang ada ditulis dengan huruf Arab namun berbahasa Afrika. Isinya bervariasi berupa arsitektur, ekonomi, geografi, matematika, puisi, musik, bahkan hak-hak kaum perempuan.