Nasib malang dialami satu individu beruang di Desa Tanjung Sari, Indragiri Hulu Riau, provinsi Riau. Beruang ini terjerat selama seminggu di kebun sawit warga dan harus merelakan tangan kirinya putus agar bisa bebas, Minggu (3/2).
Beruang madu (Helarctos malayanus) dewasa itu terikat dalam jeratan binatang liar yang sengaja dipasang warga setempat. Petani sawit yang menyaksikannya merasa sedih dan takut. Ketakutan itu bukan pada sang beruang yang terjerat, tapi beruang dewasa lainnya yang berkeliaran di sekitar lokasi jeratan.
Otoh Basir (52) warga Desa Tanjung Sari mengaku kasihan pada sang beruang. Namun karena tidak berani dan tidak mengetahui cara melepaskan beruang madu itu dari jeratannya, Basir hanya bisa membantu dengan memberikan minuman, gula pasir, dan memantau dari kejauhan.
"Saya tahu ini binatang dilindungi. Makanya tidak kami bunuh. Saya coba bantu kasih minuman dengan cara melemparkannya. Setelah saya kasih gula pasir, dia ndak meraung lagi. Yang kami takutkan adalah beruang satunya lagi itu. Sepertinya marah," kata Basir seperti dilansir Mongabay, Selasa (5/2).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau mengaku menerima informasi tersebut pada Minggu siang (3/2) dan langsung menurunkan anggotanya untuk memulai penyelamatan. Namun sayang, dua jam sebelum tim tiba di lapangan, sang beruang sudah lepas dan hanya menyisakan bagian tangan kirinya akibat luka membusuk dalam jeratan yang terbuat dari tali sling kendaraan. "Sisa tangannya dibawa tim," kata Basir.
Ahmad Saerozi, Kepala BKSDA Riau sangat menyayangkan laporan warga yang masuk ke kantornya seminggu setelah beruang terjerat. "Saya sangat berharap warga bisa melaporkan kejadian seperti ini lebih awal lagi sehingga bisa melakukan pertolongan," katanya.
Menurut Ahmad, keberadaan satwa dilindungi di perkebunan atau pemukiman disebabkan banyak faktor yang di antaranya adalah hilangnya hutan habitat mereka. Kasus beruang beruang sendiri, menurutnya, ada faktor khusus. Beruang adalah satwa yang hidup berkoloni. Namun jika sudah berusia tua, beruang itu akan memisahkan diri. “Faktor kedua, beruang itu terlepas dari kelompoknya dan faktor ketiga habitatnya sudah berkurang,” ujarnya.
Dikatakan Basir, hutan di sekitar Desa Tanjung Sari, Kecamatan Kuala Cinaku memang semakin berkurang karena aktivitas perusahaan bubur kertas dan juga sebagiannya dibuka untuk perkebunan sawit.
Menurut lembaga serikat antarbangsa bagi konservasi alam – IUCN, beruang madu masuk kategori rentan dalam daftar merah mereka. Kepunahannya disebabkan skala besar deforestasi di hutan-hutan di Asia termasuk Sumatra. Selain ancaman deforestasi, penurunan populasinya juga didorong oleh pemanfaatan anggota tubuh beruang untuk kebutuhan komersil