Mengapa Burung Hantu Bisa Memutar Kepala Hingga Hampir 360 Derajat?

By , Jumat, 8 Februari 2013 | 13:00 WIB
()

Para ilmuwan mengungkapkan fakta unik tentang burung hantu. Dalam tampilan gaya fleksibel layaknya ahli sihir, burung hantu dapat memutar leher mereka hingga mencapai 270 derajat tanpa mencederai pembuluh darah atau merobek tendon mereka.

Namun, para ilmuwan di Johns Hopkins University School of Medicine, AS, memiliki data lengkap untuk menjelaskan keterampilan yang cukup mencengangkan dari burung hantu --fenomena yang membuat para pecinta burung bertanya-tanya selama ini.

Berbeda halnya dengan hewan lain dan manusia yang dapat memindahkan mata untuk mengikuti objek atau menggunakan peripheral vision untuk mengamati ruang, burung hantu harus memutar kepala mereka untuk mendapatkan efek yang sama. Burung hantu memiliki soket mata tetap yang artinya bola mata mereka tidak dapat memutar, sehingga memaksa mereka untuk merenggangkan leher sehingga tampak seperti sesuatu supranatural.

"Dalam kasus burung, sistem mereka dirancang untuk menangani sejumlah pergerakan. Jaringan pembuluh darah dirancang sedemikian rupa sehingga lentur," kata Eric Forsman, seorang ahli biologi satwa liar dari US Forest Service.

Forsman menambahkan, burung hantu lebih lentur dibanding manusia karena kepala burung ini hanya memiliiki satu socket pivot. Sementara manusia memiliki dua, ini membatasi kemampuan untuk memutar.

Burung hantu memiliki beberapa ruas tulang belakang, tulang-tulang kecil yang membentuk leher dan tulang belakang sehingga membantu mereka untuk mencapai berbagai berbagai rentang gerakan. Sementara jika manusia melakukan gerakan memutar seperti yang dilakukan burung hantu, akan menyebabkan seluruh jenis pendarahan internal dan mengalami kerusakan.

Skema karakter istimewa dari leher burung hantu. (Ilustrasi oleh Fabian de Kok-Mercado, Michael Habib, Tim Phelps, Lydia Gregg, and Philippe Gailloud; Johns Hopkins University School of Medicine/National Geographic Magazine)

Dalam penelitiannya, peneliti di Johns Hopkins mengambil 12 burung yang telah mati dan menciptakan gambar tiga dimensi dari pembuluh darah dan tulang mereka.

Peneliti juga menyuntikkan tubuh bangkai burung tersebut dengan pewarna dan cairan plastik berwarna merah untuk mengamankan pembuluh darah arteri sebelum dilakukan pembedahan.

Ketika dilakukan percobaan, ternyata tim menemukan bahwa burung hantu memiliki arteri cadangan, yang mana ini  memberikan pasokan nutrisi segar saat pembuluh darah tertutup makan dengan cepat akan berbalik.

Sehingga arteri mereka membengkak untuk menampung setiap kelebihan darah yang dihasilkan dari proses tersebut.

Forsman menerangkan bahwa hal ini merupakan ciri dari proses adaptif yang kuat namun tidak unik. Karena banyak burung lain yang memiliki kemampuan yang serupa untuk dapat melihat sesuatu di belakang mereka, elang ekor merah misalnya, sebagai hewan noktural mereka juga hampir memilki kelenturan yang serupa.

"Ada banyak manfaat dengan memiliki kemapuan dapat melihat sesuatu melampaui bahu Anda dan melihat sesuatu yang datang. Ini berguna jika Anda berusaha menghindari predator yang datang atau dapat mendeteksi mangsa," terang Forsman.