Obat yang Ditenggak Manusia Pengaruhi Perilaku Ikan

By , Sabtu, 16 Februari 2013 | 15:44 WIB

Banyak obat yang kita telan keluar dari saluran pencernaan tanpa mengalami perubahan, dan residu dari obat-obatan tersebut pada akhirnya tiba di pembuangan limbah. Sebagai bukti, obat-obatan dalam konsentrasi tertentu sering dijumpai di aliran sungai sampai tempat pengolahan air.

Untuk pertama kalinya, peneliti asal Swedia yang diketuai oleh Tomas Brodin, mengamati pengaruh bahayanya obat-obatan manusia terhadap ikan. Dalam studi, peneliti mengamati perubahan perilaku ikan kakap putih (Perca fluviatilis) saat mereka terkena dampak Oxazepam, obat penenang yang banyak dijumpai di perairan di kawasan padat penduduk, di Swedia.

“Umumnya, ikan kakap sangat pemalu dan berburu dalam kelompok. Tetapi, ikan yang berenang di perairan yang banyak mengandung Oxazepam menjadi sangat pemberani,” sebut Brodin dalam laporannya yang dipublikasikan di jurnal Science. “Obat itu juga membuat ikan menjadi kurang bergaul,” ucapnya.

Tindakan ikan-ikan itu meninggalkan kelompoknya untuk mencari makan sendiri merupakan tindakan yang sangat berisiko. Berenang berkelompok merupakan cara pertahanan diri yang penting bagi para ikan itu agar tidak dimakan oleh predator mereka.

Selain menjadi penyendiri, ikan juga makan lebih cepat. Berhubung ikan memainkan peranan penting dalam lingkungan perairan, perubahan perilaku mereka bisa mengganggu keseimbangan ekologi secara serius.

“Saat ini kami akan mengamati apa konsekuensi yang akan terjadi. Pada perairan di mana ikan mulai makan secara lebih efisien, perilaku ini akan mempengaruhi komposisi spesies ikan yang ada di sana,” kata Brodin. “Pada akhirnya, ini akan membawa efek yang tak terduga, seperti risiko meningkatnya populasi ganggang,” ucapnya.

Ironisnya, ada banyak obat-obatan dengan fungsi serupa ditemukan di perairan di berbagai belahan dunia, tidak hanya di Swedia. Selain itu, penggunaan obat-obatan juga diperkirakan akan meningkat. Artinya, perubahan yang sebelumnya tak diketahui akan terjadi di kalangan ikan, dan konsekuensi ekologisnya akan menjadi fenomena global.

“Solusi bagi masalah ini adalah bukan menghentikan pengobatan bagi orang sakit, tetapi bagaimana mengembangkan metode pengelolaan air yang bisa menangkap obat-obatan yang berbahaya bagi lingkungan,” kata Jerker Fick, pakar spesialis lingkungan.Temuan dalam studi ini perlu dilihat sebagai petunjuk tentang apa yang sudah terjadi di banyak perairan di seluruh dunia. Namun demikian, penelitian yang lebih komprehensif masih perlu dilakukan sebelum menentukan kesimpulan yang lebih akurat.