2013, Satu Badak Dibunuh Tiap 11 Jam

By , Rabu, 27 Februari 2013 | 12:05 WIB
()

Perburuan cula badak naik hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu. Tren ini tampaknya akan terus meningkat pada tahun ini. Menurut para konservasionis, populasi hewan yang sudah tinggal sedikit ini akan semakin menyusut.

Antara tahun 2011 dan 2012, perburuan cula badak meloncak 43 persen. Sejauh ini di tahun 2013, menurut data International Union for Conservation of Nature (IUCN), secara rata-rata, satu ekor badak mati dibunuh oleh pemburu liar setiap 11 jam.

Dalam pernyataannya, IUCN menyebutkan, tahun lalu, secara total ada 745 badak yang mati dibunuh di seluruh Afrika, di mana 668 ekor di antaranya dibunuh di Afrika Selatan. Dan sejak tahun 2006, hampir 2.400 ekor badak telah mati dibunuh di benua itu. Ini membuat pertumbuhan populasi hewan yang malang itu mencapai titik terendah sejak tahun 1995.

“Sindikat yang terorganisir dan didukung oleh investor besar terus memasok cula badak ke pasar gelap yang terus bertumbuh besar,” kata Mike Knight, Ketua African Rhino Specialist Group, IUCN.

“Selama beberapa tahun terakhir, konsumen pengguna cula badak telah beralih, dari hanya untuk bahan obat-obatan tradisional, menjadi sebagai simbol status,” ucap Knight yang menyebutkan bahwa permintaan khususnya meningkat dari pembeli asal Vietnam.

Seekor badak putih utara yang jinak, yang dipotong culanya agar tidak dibunuh pemburu -satu dari hanya tujuh anggota subspesies itu yang diketahui masih hidup- merumput di bawah pengawasan jagawana OI Pejeta Conservancy Kennya. Bersama tiga badak putih utara lainnya, badak ini dipindahkan dari sebuah kebun binatang di Republik Cheska. Hewan ini dibawa ke alam liar untuk dibiakkan.(Brent Stirton/NG)

Dari data terbaru IUCN, di Afrika sendiri, saat ini hanya tersisa 5.055 ekor badak hitam dan 20.405 ekor badak putih.

Meski populasinya sedikit bertambah, tak sampai dua tahun ke depan angkanya akan turun jika perburuan terus berlanjut dalam skala yang semakin besar.

Untuk itu, IUCN mendesak komunitas internasional, khususnya negara-negara importir terbesar cula badak seperti Vietnam dan Cina, juga negara-negara transit seperti Mozambik untuk secara segara mengatasi krisis ini dengan memperkuat dan menegakkan undang-undang perdagangan internasional, khususnya terkait cula badak.

Kondisi yang tengah dihadapi oleh badak dan gajah Afrika, yang semakin diincar karena cula dan gadingnya, akan menjadi pembicaraan utama dalam konferensi yang digelar oleh CITES, badan regulator perdagangan satwa liar PBB di Bangkok, bulan depan.