Saat Jim Thomas dan sekelompok peneliti multinasional kembali ke Madang Lagoon di Papua Nugini, mereka menemukan harta karun tak ternilai, yakni sejumlah spesies laut yang sama sekali belum pernah terungkap oleh ilmu pengetahuan. Padahal, tim peneliti ini terdiri dari ilmuwan yang pernah melakukan riset di tempat yang sama, pada tahun 1990-an.
“Di Madang Lagoon, kami bergerak setengah mil dari tepian lempeng Australia di perairan berjarak enam ribu meter,” kata Thomas yang merupakan peneliti dari National Coral Reef Institute, Nova Southeastern University, Amerika Serikat.
“Pesisir utara Papua Nugini ini sendiri diyakini tidak memiliki batu karang karena tidak ada laguna dan teluk dangkal yang merupakan lingkungan umum bagi gugusan batu karang. Tetapi ternyata banyak biodiversitas yang bisa ditemukan di sini,” ucap Thomas.
Di kawasan ini, Thomas dan timnya menemukan sejumlah spesies-spesies baru seperti keong laut (nudibranchs), bintang laut berbulu (crinoids), dan amphipod (genus Leucithoe).
“Ada jauh lebih banyak varian dari spesies ditemukan di sini dibandingkan di seluruh kawasan Great Barrier Reef, Australia yang panjangnya mencapai 1.600 mil. Ini merupakan temuan yang sangat luar biasa,” ucap Thomas yang menyebutkan bahwa ia dan timnya segera kembali ke lab dan mulai menguji coba temuan barunya itu. “Kami tak menyadari bahwa laguna ini sangat kaya,” ucapnya.
Tim peneliti yang diketuai Thomas sendiri terdiri dari ilmuwan asal Scripps Institute of Oceanography dari San Diego, California Academy of Sciences, dan National Botanical Gardens, Irlandia. Ekspedisi selama tiga pekan yang mereka lakukan tuntas akhir tahun lalu.
Saat di Madang, mereka juga bergabung dengan tim peneliti dari Paris Museum of Natural History, Prancis. Tim peneliti akan berbagi hasil temuan ini dengan penduduk lokal dan juga lembaga dan pemerintah setempat serta akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah.
Sayangnya, Madang Lagoon saat ini tengah menghadapi ancaman lingkungan akibat pencemaran yang berasal dari darat, khususnya dari pabrik pengalengan tuna yang saluran limbahnya berada sangat dekat dengan gugusan karang laguna tersebut.
“Harapannya, temuan kami ini akan menjadi dorongan bagi instansi terkait untuk mengetahui betapa pentingnya lingkungan di laguna tersebut dan berusaha untuk menghentikan polusi,” ucap Thomas.