Rawa Lakbok, Lahan Gambut yang Tersisa di Jawa

By , Jumat, 1 Maret 2013 | 14:54 WIB
()

Jika keluar kata "lahan gambut" di Indonesia, maka lokasi yang teringat pertama adalah Pulau Sumatra atau Kalimantan. Namun, pada tahun 1933, peneliti asal Belanda, Betje Polak, menyimpulkan bahwa Pulau Jawa juga memiliki lahan gambut di Rawa Lakbok, Ciamis, Jawa Barat.

Hasil studi Polak diterbitkan tahun 1949 dan mengindikasikan gambut Rawa Lakbok terbentuk berkat materi kayu dan hutan hujan. Membuat lahan gambut di lokasi ini berbeda dengan lokasi lahan gambut pada umumnya.

Saat ini Rawa Lakbok bertransformasi menjadi lahan padi. Sesuai dengan peta yang dikeluarkan Bakorsurtanal (kini BIG) tahun 1999, tanah di lokasi ini adalah inseptisol. Berbekal penelitian Polak, tiga peneliti Indonesia: Budi Sumawawinata, Budi Mulyanto, dan Nia S.Sunarti melakukan kajian kembali dan menelurkan jurnal ilmiah berjudul "Land Use Evolution of Peatland in Rawa Lakbok, West Java" pada tahun 2004.

Suasana pedesaan di Rawa Lakbok, Ciamis, Jawa Barat, yang dulunya merupakan lahan gambut kini sudah berganti menjadi hamparan sawah. (Dok.Hans Joosten)

Menurut laporan ketiga peneliti ini, selain bertani, aktivitas yang mencolok di Rawa Lakbok adalah menambang tanah gambut. Materi gambut hasil penambangan digunakan untuk menanam jamur atau tanaman hias.

Sedangkan dari sisi ekologi, menambang tanah gambut sengaja dilakukan untuk menurunkan permukaan tanah untuk mencegah kekeringan di musim kemarau.

"Lahan gambutnya kini sebagian besar dilapisi sedimen liat. Di bawah lapisan liat, lapisan gambutnya masih terawat dengan baik dan menunjukkan vegetasi yang tersisa seperti pakis, daun, pohon, dan semak-semak," ujar Hans Joosten, Profesor Studi Lahan Gambut dan Paleoekologi dari Institut Botani dan Ekologi Lanskap, Jerman.

Dalam perbincangan dengan National Geographic Indonesia, akhir Februari 2013, Joosten tertarik dengan Rawa Lakbok dan potensi gambutnya. Ketika berkunjung ke sana, Joosten memperkirakan luasan lahan gambut Rawa Lakbok tidak banyak berkurang dibanding tahun 1930-an yang mencapai 3.000-an hektare.

Masyarakat setempat juga tahu betul mengenai keberadaan gambut di wilayah mereka. Salah satu indikasinya terlihat ketika membuka lahan, masyarakat setempat sudah siap mengikis lahan gambut yang ada dengan cangkul.

Disarankan Joosten agar diadakan investigasi menyeluruh mengenai luas, kedalaman, dan deposito dari gambut di Rawa Lakbok. Termasuk melakukan penelitian paleoekologi untuk mengetahui paleo-sejarahnya.

"Berikan juga restorasi dari vegetasi gambut yang sebenarnya, agar masyarakat di masa kini dan mendatang tahu bagaimana rupa wilayah ini di masa lampau," saran Joosten.