Pangeran William Dukung Pelarangan Gading Gajah

By , Senin, 4 Maret 2013 | 19:02 WIB
()

Bisnis jual beli dari cula badak dan gading gajah sudah mencapai titik yang mengejutkan. Dibutuhkan tindakan global untuk mencegah hal ini terus berlanjut.

Demikian disampaikan Pangeran William dalam rekaman video di pembukaan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Terancam Punah (CITES) di Bangkok, Thailand, Minggu (3/3). Thailand, sebagai tuan rumah penyelenggaraan, merupakan salah satu negara yang paling disorot mengenai perdagangan gading.

Dalam laporan investigatif National Geographic oleh Bryan Christy dalam edisi Oktober 2012, Thailand memiliki pemahat gading paling ternama di Phayuha Khiri dan Surin. Ukiran Phayuha Khiri didirikan oleh seorang biksu yang senang mengukir jimat gading.

Didapati bahwa para biksu memberikan jimat sebagai imbalan untuk sumbangan. Semakin besar sumbangan, semakin indah jimat yang diberikan. Menurut Kruba Dharmamuni yang dijuluki "Biksu Gajah", gading dapat mengusir roh jahat.

Kruba Dharmamuni, alias Biksu Gajah, memelihara gajah Asia di kuilnya di Thailand. Aktivis menuduhnya membiarkan seekor gajah mati kelaparan, lalu menggunakan gadingnya sebagai jimat. Ia menyangkalnya. Investigasi perburuan gading dalam Darah Gading di NGI Oktober 2012. (Brent Stirton).

Namun, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra menyatakan bahwa negaranya akan menetapkan undang-undang yang melarang perdagangan gading lokal.

"Ini akan melindungi segala macam bentuk dari gajah, termasuk gajah liar dan yang sudah didomestikasi, serta gajah dari Afrika," ujar Shinawatra juga dalam pembukaan CITES.

Meski demikian, langkah PM rupawan Thailand ini masih diragukan para pegiat lingkungan. Dikatakan Carlos Drews, Kepala Delegasi WWF di CITES, Shinawatra harus membuat batasan waktu yang jelas mengenai pelarangan ini.

"Ia juga harus memastikan larangan itu diterapkan karena pembantaian gajah terus berlanjut," kata Drews.