Landfill gas, produk sampingan alami dari dekomposisi sampah, memiliki komposisi utama 30 - 60 persen metana (CH4) dan 70 - 40 pesen karbon dioksida (Co2). Metana dikenal sebagai gas rumah kaca yg memiliki 23 kali dampak pemanasan global yang lebih besar daripada karbon dioksida.
Atas alasan ini, metode baru akan dikembangkan untuk meneliti pemanfaatan landfill gas, salah satunya untuk pembangkit listrik. Untuk mendayagunakannya di Indonesia, pihak Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI bekerja sama dengan Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) mengelar ASEAN – SCSER (SCNCER) 2nd Seminar Workshop, Selasa (5/3) di Jakarta.
Tema yang diangkat adalah "Capacity Building on Landfill Gas Utilization in ASEAN". Dikatakan Estiko Rijanto, Kepala Pusat Penelitian Telimek LIPI, workshop ini memberikan informasi dan sumber daya untuk memperluas dan meningkatkan keberlangsungan dan kinerja ekonomi proyek landfill gas.
Acara akan diisi dengan pemaparan beberapa pembicara dari Jepang dan Thailand yang kompeten di bidangnya.
"Workshop ini juga diikuti oleh perwakilan dari negara ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia, Laos, dan Myanmar," ujarnya dalam pernyataan pers.
Ditambahkan Yoyon Ahmudiarto, Kepala Balai Besar Teknologi Tepat Guna LIPI, pembicara dalam workshop akan membahas lebih dalam tentang landfill gas yang terdiri dari pemahaman sumber daya, pembangunan dan manajemennya, teknologi pemanfaatannya, dan standar keselamatan lingkungan serta teknis dan kelayakan.
"Dari Indonesia, akan memberikan presentasi mengenai landfill gas pembangkit listrik - Bantar Gebang Bekasi, menghasilkan sekitar sepuluh megawatt listrik," kata Yoyon.