Dalam Parade Ogoh-Ogoh di Monumen Nasional, Jakarta, bukan hanya budaya Bali dan Hindu yang tampak, tapi berbagai budaya lainnya bersatu padu dalam parade tersebut.
Kegiatan parade pada hari Senin (11/3) kemarin dalam rangka perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1935. Sebanyak 16 Ogoh-Ogoh, Ondel-Ondel, Barongsai, Reog Ponorogo, dan dan Marawis, memadati lapangan Monas yang juga dihadiri oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan Menteri ESDM, Jero Wacik.
Ketua Panitia Parade, I Putu Alit Ari Sudarsana, dalam sambutannya mengatakan, "Semoga bisa melibatkan segala etnis yang ada di Jakarta." Terkait dengan masuknya berbagai budaya dalam perayaan agama Hindu, ia mengatakan bahwa hal ini menjadi kesatuan rangkaian seni dan budaya.
Senada dengan Putu, Basuki atau Ahok mengaku bangga dengan bersatunya beberapa kebudayaan di dalam satu kegiatan. Ia menegaskan, "Ini suatu kebanggaan, kebudayaan bersatupadu seperti festival."
Mantan Bupati Belitung Timur itu menganalogikan Parade Ogoh-Ogoh ini sebagai gambaran seluruh etnis yang ada di Indonesia. "Betapa indahnya seluruh etnis di Indonesia," ujarnya singkat.
Kegiatan yang dibuka oleh Ahok pada pukul 16.30 ini diharapkan dapat menjadi model Bhineka Tunggal Ika. "Semoga Jakarta dapat menjadi model dari Bhineka Tunggal Ika, dari pembangunannya dan pemerintahannya. Dapat dimulai dari Jakarta Baru," tambah Ahok yang disaksikan ribuan masyarakat.
Di sisi lain, Jero Wacik yang juga turut hadir berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Ia meminta kepada seluruh orang Bali yang menetep di ibukota untuk menghormati Pemprov DKI. "Di mana Bumi dipijak, di situlah langit dijunjung," kata Jero usai membuka acara.
Ia sependapat dengan Ahok bahwa kalau ke-Bhineka-an ditunjukkan dengan cara seperti ini, maka Indonesia akan semakin harmonis.