Jepang kemungkinan besar berhasil membuka cadangan gas yang selama ini belum pernah ditemukan di teritorinya. Setelah pada Selasa (12/3) kemarin, mereka menyatakan berhasil mengekstrak metana hidrat atau bisa disebut "es api" di kedalaman satu kilometer dari permukaan.
Metana hidrat ini merupakan bahan bakar fosil yang nampak seperti es namun terdiri dari metana pepat yang dikelilingi molekul air. Es api ini diekstrak berkat sebuah konsorsium yang dipimpin Japan Oil Gas and Metals National Corporation.
Zat solid berwarna putih ini terbakar dengan api berwarna pucat. Satu meter kubik zat ini diperkirakan mengandung lebih banyak volume setara metana dalam bentuk gas. "Ini adalah percobaan lepas pantai pertama di dunia yang memproduksi gas dari metana hidrat," ujar salah satu pejabat berwenang yang tidak disebutkan namanya.
Kerja awal konsorsium ini dimulai sejak Februari 2012 silam. Terhitung sejak Selasa (12/3) kemarin, mereka memulai proses produksi. Dalam proyek tersebut, konsorsium terkait akan memisahkan metana dari senyawa klatrat padat di dasar laut dengan menggunakan tekanan tinggi yang ada di kedalaman.
Lapisan besar metana hidrat mengandung 1,1 triliun meter kubik gas alam --setara dengan konsumsi gas di Jepang selama sebelas tahun. Selama ini cadangan gas tersebut berada di dasar laut Pulau Shikoku, di Jepang bagian barat.
"Kami bertujuan untuk mengadakan produksi metana hidrat untuk penggunaan praktis pada tahun fiskal 2018," ujar pejabat berwenang itu lagi.
Penemuan sumber daya baru ini merupakan kabar baik bagi Jepang pascamenutup sumber energi nuklirnya. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di negara ini tidak lagi dioperasikan karena menimbulkan risiko kesehatan besar bagi warganya ketika gempa dan tsunami melanda pada 2011 silam.
Dari 50 reaktor nuklir yang dimiliki Jepang, hanya dua yang masih beroperasi. Memaksa Negeri Matahari Terbit untuk mencari alternatif bahan bakar lainnya.