Dinaungi oleh kepercayaan mistis, kaum terpelajar di Paris, Prancis, meyakini bahwa Wabah Hitam (Black Death) diciptakan pada tanggal 20 Maret 1345. Mereka sebutkan, wabah yang memakan korban 25 juta orang ini berasal dari "konjungsi rangkap tiga dari Saturunus, Jupiter, dan Mars di tingkat ke-40 dari Aquarius".
Penjelasan mistik ini merupakan jawaban putus asa mengingat Wabah Hitam memakan korban mulai dari Asia, Timur Tengah, hingga Eropa. Tingkat kematian wabah ini mencapai angka 95 persen.
Namun, penjelasan ilmiah di dunia modern membuktikan bahwa Wabah Hitam merupakan wabah pes yang disebabkan bakteri Yersinia pestis. Wabah ini dibawa oleh kutu tikus yang pindah ke mamalia saat si tikus mati.
Penyakit ini muncul pertama kali pada manusia sekitar tahun 1320 di Mongolia dan diketahui menghancurkan suku-suku nomadik setempat. Mereka yang terjangkit mengeluh sakit kepala, demam, dan meriang. Lidah menjadi putih dan kelenjar getah bening membengkak.
Puncaknya, bintik hitam dan ungu muncul di kulit si penderita. Jika sudah sampai pada fase ini, kematian tinggal menunggu waktu.
Wabah ini kemudian menjalar ke Cina, India, dan akhirnya ke Eropa pada tahun 1346. Setahun kemudian, tepatnya pada 1347, Wabah Hitam menerjang Eropa dan bertanggung jawab atas kematian 50 ribu orang. Buruknya pengetahuan warga membuat mereka menyalahkan kaum minoritas seperti gipsi dan Yahudi sebagai penyebab Wabah Hitam.
Meski demikian, pembakaran dan pembunuhan kaum minoritas tidak mengurangi jumlah korban Wabah Hitam. Hingga tahun 1352, nyaris sepertiga populasi Eropa tewas karena wabah ini dan diketahui masih muncul sesekali hingga tahun 1700-an.
Pada Jumat (15/3) lalu ditemukan 13 kerangka yang diperkirakan sebagai korban Wabah Hitam di Charterhouse Square, London, Inggris. Untuk memastikan penyebab kematian mereka, kerangka itu dibawa ke Museum of London Archaeology.