Kecanggihan teknologi kembali digunakan untuk melawan perburuan terhadap gajah di Afrika. Kali ini, kelangsungan gajah di Benua Hitam dibantu dengan penggunakan pesawat nirawak atau unmanned aerial vehicles.
The World Wildlife Fund (WWF) akan mulai menggunakan drone ini di Namibia mulai April 2013. Tujuan pertamanya mengoordinir data udara dan darat untuk membantu petugas jagawana mengetahui posisi pemburu liar. Demikian disampaikan Crawford Allan, Direktur dari TRAFFIC Amerika Utara --organisasi pengawas perdagangan hewan liar.
"Kita jadi tahu di mana letak para fauna, drone ini menginformasikan lokasi pada pihak kontrol di darat. Anda juga bisa menempatkan petugas di antara hewan dan membentuk semacam perisai diri," kata Allan, Jumat (22/3).
Ditambahkannya, ini adalah bagian dari proyek tiga tahun terhadap dua situs di Afrika dan dua lagi di Asia yang didanai oleh Google Global Impact Awards.
Drone merupakan perangkat efektif mengingat daya jelajahnya luas, dilengkapi kamera berdefinisi tinggi, dan perangkat Global Positioning System (GPS). Perangkat ini bahkan bisa menemukan lokasi kebakaran yang disulut oleh pemburu.
"Anda butuh perangkat bernilai jutaan dolar. Bukan cuma untuk melindungi gajah, juga untuk melindungi perbatasan mereka dari serbuan militan ini," kata Allan.
Nantinya, pesawat nirawak juga akan digunakan untuk melindungi badak, harimau, singa, dan kucing besar lain yang terancam keberadaannya. Nilai lebih lain dari pesawat nirawak dipaparkan dalam Melanglang di Kandang, salah satu feature dalam National Geographic Indonesia Maret 2013.