Pada tahun 1960-an, kura-kura raksasa aldabra tidak bisa hidup tenang. Mereka diburu untuk tujuan komersial manusia.
Namun, loncat lima dekade, kura-kura aldabra (Aldabrachelys giganteaone) kini hidup mendominasi manusia. Kura-kura yang mendiami atol Aldabra, bagian dari kepulauan Seychelles ini, sekarang berjumlah 100 ribu individu.
Selama dua dekade, jumlah ini stabil. Bahkan melebihi jumlah populasi manusia yang hanya berjumlah sepuluh orang. Ya, jomplangnya jumlah ini terjadi akibat terisolirnya letak atol dan tidak adanya sumber air minum permanen.
Daratan besar terdekat hanyalah Madagaskar, itu pun berjarak sekitar 400 kilometer dari atol Aldabra. Meski demikian, kondisi ini disyukuri oleh peneliti dan pelestari lingkungan. "Populasi kura-kura (aldabra) bertahan di 100 ribu. Ini menunjukkan usaha untuk melestarikan spesies ini akhirnya berbuah manis," kata Frauke Fleischer-Dogley, Kepala dari Seychelles Islands Foundation (SIF), Senin (25/3).
Kura-kura aldabra masuk sebagai salah satu reptil terbesar dan bisa hidup hingga 200 tahun. Selain oleh manusia, dulunya mereka terancam oleh spesies invasif macam kambing dan tikus.
Sedangkan posisi atol Aldabra, yang dianggap menguntungkan mereka, menurut UNESCO, merupakan satu-satunya lokasi di dunia di mana reptil adalah herbivora dominan. Rerumputan di wilayah ini juga sudah berevolusi dan kembali menguntungkan sang kura-kura.
Manusia yang ingin berkunjung harus mengikuti aturan ketat. Jumlahnya pun tidak banyak karena jarak dan biaya yang dikeluarkan terlalu besar.
"Pada 1960-an dan sebelumnya, kura-kura dipanen untuk tujuan komersial. Tapi sejak itu dihentikan, kami melihat perkembangan dan peningkatan dalam jumlah populasinya," kata Janske van de Crommenacker, koordinator peneliti Aldabra.