Empat laki-laki dewasa tergopoh-gopoh membawa satu kandang besi besar. Vegetasi padat di Hutan Lindung di Bukit Batikap, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, membuat tugas mereka makin sulit.
Namun, saat mencapai satu titik yang ditentukan dan kandang dibuka, keluarlah satu makhluk luar biasa: orangutan. Tanpa perlu sorongan dari manusia di sekelilingnya, orangutan bernama Ompong, menggapai satu dahan. Sesudah menghabiskan delapan tahun di pusat rehabilitasi, jantan berusia 28 tahun itu kembali ke alamnya.
Itulah video yang ditayangkan pihak Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Jakarta, Selasa (26/3). Ompong merupakan satu dari sebelas orangutan yang dilepasliarkan BOSF pada 2012 silam.
"Mereka (orangutan) tertahan selama enam hingga tujuh tahun di penangkaran karena dulu tidak ada hutan untuk melepasliarkan," ujar Jamrtin Sihite, Presiden Direktur Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI).
Pelepasliaran Ompong dan rekan-rekannya memakan biaya yang tidak sedikit. Cost merehabilitsi orangutan mahal. Dan, saat mereka dikembalikan ke hutan juga tidak murah.
Dua tahun pertama, harus dilakukan monitoring. Pada dua bulan pertama, proses monitoring ini dilakukan setiap hari, mulai dari orangutan bangun hingga tertidur. "Sebagai lembaga yang berasal dari Indonesia, kami tetap menerapkan standar internasional," alasan Jamartin.
Khusus untuk tahun ini, dibutuhkan dana untuk proses pelepasliaran yang kembali dilakukan pada April 2013. Bertepatan dengan bulan persiapan menuju Hari Bumi pada 22 April.
BOSF menargetkan melepasliarkan 130 orangutan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. "Tahun ini, di Kalteng akan dilepasliarkan 100 individu dan di Kaltim 30 individu," jelas Jamartin.
Reksa Dana First State IndoEquity Peka Fund (FSI Peka Fund) mencoba membantu pendanaan ini dengan donasi yang berasal dari 0,5 persen nilai investasi yang dikelola. Khusus untuk Yayasan BOSF, FSI Peka Fund yang dikelola First State Investments Indonesia (FSI Indonesia) dan Citibank Indonesia, mengucurkan bantuan Rp400 juta.
"Kami lebih berfokus pada organisasi atau yayasan yang bersifat action-based, bukan yang campaign-based, karena tujuan pendanaan kami adalah untuk mendatangkan perubahan konret bagi masyarakat," kata Harsya Prasetyo, Director Retail Investment & Consumer Treasury Head City Indonesia.
Selain untuk BOSF, donasi juga diberikan pada Yayasan Kelola --wadah yang mempromosikan seniman-seniman Indonesia. Dikatakan Linda Hoemar Abidin, Ketua Pengurus Yayasan Kelola, tahun lalu mereka berhasil mendukung penciptaan dan pementasan sebelas peraih Hibah Seni Kelola.