Saat ini, sejumlah ahli paleontologi sedang meneliti temuan sebuah situs di Cina: fosil embrio yang diduga merupakan embrio tertua. Penyelidikan ini tentu bisa mendatangkan kesempatan langka untuk mengorek informasi baru perkembangan embrio pada suatu spesies vertebrata prasejarah.
Paleontolog asal Universitas Toronto-Canada Robert Reisz, bersama rekan-rekannya menemukan pada situs di area Lufeng County fosil Saurodomorpha, dinosaurus herbivor raksasa berleher panjang. Kelompok atau klan dinosaurus tersebut diperkirakan telah hidup pada masa Jura permulaan, sekitar 197 sampai 190 juta tahun lalu.
"Tahap perkembangan awal kehidupan rata-rata dinosaurus amat sedikit tercatat," ujar David Evans, kurator paleontologi vertebrata di Royal Ontario Museum. Ia menyatakan studi ini akan dapat menggali lebih dalam perihal embriologi dinosaurus dan menampilkannya kembali sesudah ratusan tahun lampau.
Tetapi bukan hanya usia fosil yang sangat signifikan dalam penelitian ini, melainkan juga analisis sampel jaringan tulang yang menunjukkan terdapat sisa-sisa organik yang tertinggal.
"Itu berarti amat mungkin fosil dinosaurus lainnya juga sama, memiliki jejak organik. Hanya saja kami peneliti belum mencarinya secara tepat," ungkap Reisz yang bertindak sebagai project leader ini.
Menurut Reisz pula, protein kompleks yang terkandung di dalam material organik merupakan semacam kolagen yang diawetkan. Susunan kolagen bervariasi di tiap spesies sehingga analisis lanjutan bisa dipakai untuk membandingkan struktur terkecil binatang purba.
Studi tentang embrio ini pun akan menghasilkan informasi yang membantu riset terkait Saurodomorpha. Peneliti masih memperbandingkan antara dua lusin tulang-belulang fosil dewasa dinosaurus Lufeng dengan fosil dinosaurus Saurodomorpha jenis berbeda yang diekskavasi di Afrika Selatan sebelumnya pada tahun 2005.
Namun, penelitian embrio yang masih berlangsung bisa jadi membantu mengarah kepada jawaban atas apa yang menyebabkan Saurodomorpha tumbuh hingga 9 meter—sampai besarnya jauh melebihi binatang darat mana pun di era kejayaan mereka tersebut.
Para peneliti menemukan bukti pertumbuhan embrio yang pesat, berkelanjutan, dengan rentang inkubasi pendek. Jadi, muncul teori lain. Reisz mengatakan, ada kemungkinan mereka sengaja mempertahankan pertumbuhan ekstem itu, sebagai upaya menghindar dari pemangsaan predatornya. "Mungkin inilah yang menjelaskan gigantisme dalam populasi," ia menambahkan.