13 April 2013, ratusan warga berkerumun di balai desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Bellu, Nusa Tenggara Timur. Sebagian duduk di kursi yang telah disediakan di halaman Balai Desa. Sebagian lagi hanya berdiri saja memenuhi jalan.
Kaum ibu berdandan rapi dengan pakaian adat, berkebaya, dan mengenakan tenun ikat khas Atapupu. Mereka bersiap untuk menyambut Bupati Bellu, Joachim Lopez, yang rencana akan datang. Sebagian ibu lainya sibuk di dapur umum mempersiapkan makanan untuk para tamu.
Irama gendang tradisional terus ditabuh kaum ibu sambil menarikan tarian Likurai. Sebagian lagi kaum bapak menari Tebe-tebe. Itu tarian khas rakyat Timor.
Mereka bergandeng tangan membentuk lingkaran lalu bergerak mengikuti irama sambil menghentakan kaki ke bumi. Sambil bergerak mereka menyanyikan lagu dengan bahasa Tetun.
Gelak tawa dan teriakan para tamu semakin menyemarakan suasana di balai desa. Begitulah kemeriahan yang terjadi dalam menyambut acara pelantikan kepala desa. Pelantikan yang terjadi enam tahun sekali. Kali ini dua kepala desa akan dilantik sekaligus, yaitu desa Silawan dan Tialai.
Bagi masyarakat di perbatasan yang jauh dari hiruk pikuk kota, acara pelantikan menjelma jadi pesta kemenangan dan hiburan rakyat. Hiburan memang minim bagi masyarakat di desa-desa dekat perbatasan Indonesia dan Timor Leste.
Acara pelantikan kepala desa akan menjadi ajang hiburan masyarakat setempat. Tapi apakah memang selalu semeriah itu? Menurut Camat Tasifeto Timur, Patrisius Mau, “Ya, selalu meriah. Desa Silawan ini berbatasan langsung dengan Timor Leste. Hanya dibatasi sungai. Ini pesta rakyat. Hampir semua pelantikan kepala desa pasti ramai-ramai seperti ini.”
Walau matahari menyengat dan udara di bawah tenda dadakan yang beratap seng begitu gerahnya, tak membuat surut rakyat desa untuk mengikuti acara pelantikan kepala desanya.
Bupati Bellu, Joachim Lopez pun kemudian melantikan dua kepala desa itu, Ferdy Mones sebagai Kepala Desa Silawan, dan Joseph Luan sebagai Kepala Desa Tialai. Mereka lalu disumpah menurut agama Khatolik oleh rohaniawan setempat, Romo Yoris Giri.
Selesai acara pelantikan, masyarakat dijamu makan siang lalu pada malam harinya dilanjutkan dengan perayaan yang lebih meriah sampai lewat tengah malam. Dengan pelantikan kepala desa di perbatasan itu masyarakat ikut merayakan ke-Indonesiannya. Seperti kata tokoh rohani di Atapupu yang hadir di sana, Romo Yoris Giri,”Ini adalah pesta pelantikan kepala desa Indonesia.”