Gaya Pria Traveling: Ogah Berutang

By , Kamis, 25 April 2013 | 16:50 WIB
()

Dalam sebuah acara travel mart yang digelar Kompas tahun silam, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Mari Elka Pangestu mengungkap, dalam sebuah keluarga, ibu adalah penentu kebijakan dalam menentukan tujuan bila saat libur tiba.

Tetapi bagaimana dengan pria lajang dalam mengalokasikan keuangan untuk liburan? Tengok salah satu contohnya, Aria Widyanto (30), General Manager sebuah perusahaan telekomunikasi di Surabaya. Ia menyatakan, “Saya impulsif dalam menentukan tujuan traveling. Soal tiket tidak lagi memandang murah atau mahal, yang penting reasonable: dengan catatan masih masuk anggaran. Bila sudah over budget, ya cari Plan B.”

Intinya, Aria akan mencari destinasi kedua yang ingin ia datangi, lalu kondisi finansial disesuaikan kembali. “Bila tidak ada uang, ya sudah, bubarkan rencana pergi. Lebih baik tidak jadi daripada berutang!”

Hal ini selaras hasil mega survei Kompas Gramedia dengan IPSOS, sebuah lembaga survei independen ternama dunia, yang dikemas dalam Indonesia’s Hottest Insight (IHI) 2013. Disebutkan oleh badan ini bahwa 71 persen pria cenderung impulsif dalam berbelanja. Begitu uang tersedia langsung dibelanjakan dan uniknya, fakta menyebutkan 73 persen pria tidak gemar berutang.

Dalam menentukan destinasi atau produk wisata, Aria lebih percaya self digging info atau mencari tahu lewat internet dengan browsing sendiri. Termasuk membandingkan isi beberapa blog daripada mengandalkan info teman. “Mungkin karena gaya traveling saya berbeda dengan teman-teman lainnya: ke tempat yang jarang dilirik,” ungkap pria yang pernah menghabiskan libur penutup tahun di Republik Nagorno-Karabakh (NKR, ibu kotanya Stepanakert).

“Jadi bila saya punya persepsi mahal atau murah itu karena situs, tulisan atau iklan di media daripada mengandalkan 'kata orang'.”

Berbeda, bila Aria berbelanja gadget. “Saya cari info dahulu, membandingkan harga, ke tokonya, beli dan pulang. Proses riset untuk barang yang diinginkan sampai satu minggu, tetapi belanja hanya sepuluh menit,” lanjutnya.

Ilustrasi gadget (Thinkstockphoto)

Hal ini, kata Aria, memiliki kesamaan dengan rekan-rekannya yang pria. Belanja tidak perlu berlama-lama tetapi langsung pada tujuan. “Obrolan bersama teman menjadi referensi. Kami bertemu langsung untuk diskusi.”

Berdasar data IHI 2013, sebanyak 71 persen pria selalu bergantung kepada perangkat komunikasi bergerak dan dengan benda ini menghubungi teman-temannya untuk bertemu serta berbincang tentang produk, termasuk gadget. 

Sebanyak 62 persen pria mencari informasi seputar peranti digital dan sebanyak 46 persen pria berbagi informasi seputar peranti digital.

Sebuah ilustrasi menarik dari mega survei IHI 2013 yang melibatkan responden sebanyak sembilan ribu pembaca dari sembilan kota besar di Indonesia—di antaranya Makassar, Surabaya, Denpasar, dan Jakarta. Bila ingin menyimak lebih detail lagi, IHI 2013 akan menggelar seminar "Understanding the Most Promising Market" di The Hall Senayan City, 7 Mei 2013 09.00 – 13.00 WIB. Selamat mengikuti.