Topan Badai di Pasifik Meningkat Tiga Kali Lipat di Akhir Abad

By , Selasa, 7 Mei 2013 | 16:30 WIB

Selama lebih dari 30 tahun terakhir, Hawaii merupakan kawasan yang relatif aman dari topan badai. Tercatat hanya dua topan menghantam kepulauan di bagian utara Samudera Pasifik tersebut. Namun, semua akan berubah, khususnya pada pengujung abad ini.

Dari studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari International Pacific Research Center, University of Hawaii at Manoa, terungkap bahwa salah satu negara bagian Amerika Serikat ini akan mengalami peningkatan bencana topan badai antara dua sampai tiga kali lipat.

“Dari pemodelan komputer dengan beberapa skenario pemanasan global, umumnya menunjukkan bahwa akan ada penurunan jumlah badai tropis di seluruh dunia,” kata Hiroyuki Murakami, ketua tim peneliti dalam laporannya yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change. “Namun, tidak demikian yang akan dialami komunitas lokal di sini,” ucapnya.

Dalam studi, peneliti mengamati seluruh badai tropis yang skalanya bervariasi mulai dari badai tropis biasa sampai topan badai dahsyat berkategori lima. Antara tahun 1979 sampai 2003, dari data yang ada serta pemodelan komputer, badai tropis terjadi sekitar empat tahun sekali di dekat Hawaii. “Namun proyeksi kami, pada akhir abad ini, akan ada peningkatan dua sampai tiga kali lipat pemunculan badai di kawasan Hawaii,” ucap Murakami.

Para peneliti menyimpulkan, faktor utama penyebab meningkatnya frekuensi kehadiran topan badai di Hawaii adalah perubahan kondisi kelembaban besar-besaran, pola arah angin, dan pola perubahan temperatur permukaan bumi akibat pemanasan global.

Sebagian besar topan badai yang mengancam Hawaii bermula dari kawasan timur Pasifik, selatan semenanjung Baja California. Antara Juni sampai November, kondisinya sangat mendukung untuk pembentukan badai tropis yakni temperatur samudra yang hangat, tingginya kelembaban, serta pergeseran angin secara vertikal.

“Temuan kami terkait badai tropis yang akan mendekat ke arah Hawaii sejalan dengan menghangatnya Bumi cukup meyakinkan karena kami menjalankan eksperimen dengan berbagai versi model dan dalam berbagai kondisi. Akan tetapi, dari sisi jumlah topan badai yang kami prediksikan, jumlahnya masih relatif rendah,” sebut Bin Wang, peneliti lain yang terlibat dalam studi tersebut.