Saat Anda bertualang ke Filipina, nama Gunung Mayon atau biasa disebut Gunung Api Mayon, akan masuk ke dalam daftar tempat yang harus dikunjungi. Gunung yang menjulang 2.462 meter di atas Teluk Albay ini merupakan gunung api paling aktif di Filipina.
Cerita lokal menyebut Gunung Mayon sebagai Bulkang Magayon, dinamai sesuai dengan srikandi legendaris Daragang Magayon --berarti Perempuan Cantik. Sementara, secara ilmiah, Gunung Mayon dianggap sebagai gunung api yang terbangun nyaris sempurna karena bentuknya yang kerucut simetris.
Kerucut yang terbentuk sebelum letusan Selasa (7/5) berasal dari aliran lava dan prikolastik dari letusan sebelumnya. Lereng bagian atas memiliki kemiringan sekitar 34 - 40 derajat dan dibatasi oleh sebuah kawah puncak kecil.
Dalam catatan manusia modern, Gunung Mayon sudah mengalami 49 kali letusan. Dan, yang pertama masuk dalam catatan sebagai letusan terbesar terjadi tahun 1616. Sedangkan letusan yang paling menghancurkan terjadi pada 1 Februari 1814 yang menyebabkan tewasnya 1.200 orang dan mengubur kota Cagsawa.
Juni 1897, Gunung Mayon kembali mengeluarkan isi perutnya dan dikenal sebagai erupsi terpanjang. Aliran lava turun ke desa yang berada di bawah kakinya hingga menyebabkan Desa Bacacay terkubur lava sedalam 15 meter bersama 100 orang yang dinyatakan tewas di Libon, Albay.
Korban umumnya tewas terpanggang atau terkena bongkahan batu besar dan panas. Kala 1993, letusan Gunung Mayon kembali menelan korban. Kali ini sebanyak 77 orang yang kebanyakan petani.
Segala pesona, misteri, dan keangkuhan gunung inilah yang membuat para pendaki tertarik menjelajahinya. Sayangnya, letusan Selasa (7/5) menewaskan lima pendaki di antaranya. Empat pendaki Jerman dan satu pemandu asal Filipina diwartakan tewas seketika akibat tertimpa bongkahan batu raksasa.
Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivlocs) menyebut letusan itu sebagai "kejadian freatik kecil". Kepala Phivlocs Renato Solidum menyatakan peristiwa itu dipicu uap air yang merupakan proses normal pada setiap gunung api. Letusan itu disebabkan air hujan yang mengenai tumbukan abu panas di mulut kawah gunung.