Mengapa Hewan Adopsi Spesies Lain?

By , Senin, 13 Mei 2013 | 12:18 WIB
()

Video paus sperma (Physeter macrocephalus) yang mengadopsi lumba-lumba hidung botol di Pulau Azores, Utara Atlantik, menyebar di dunia maya. Paus ini dengan terbuka membuka kawanannya pada lumba-lumba yang diketahui mengalami kelainan tulang belakang.(Baca beritanya di sini)

Menurut Jenny Holland, penulis buku Unlikely Friendships yang terbit tahun 2011, bentuk adopsi seperti ini sudah jamak di dunia hewan domestik. Contohnya terjadi pada anjing yang mengadopsi bayi tupai atau seperti monyet peliharaan yang memperlakukan kucing layaknya anak kandung.

Namun, dikatakan Holland, agak sulit mengatakan apa motivasi utama dari adopsi di dunia fauna. "Meski demikian, kita bisa membuat perkiraan terpelajar berdasarkan apa yang kita tahu soal otak hewan," kata Holland yang juga penulis di National Geographic, Jumat (10/5).

Bayi koala dan induk (Vijai Kalathur, Your Shot/National Geographic News)

Sebagai contoh perkiraan, bisa berdasarkan atas apa yang dilakukan hewan pada spesiesnya sendiri. Mereka mengadopsi bayi dari spesies yang sama karena dorongan insting.

"Secara insting, mereka akan membantu agar kaum mudanya bertahan hidup karena dengan demikian akan meneruskan DNA  keluarga," kata Holland.

Holland yang juga penulis buku Unlikely Loves, menyatakan, hewan terutama mamalia, mampu memiliki empati. Mereka juga mungkin mengambil makhluk lain untuk meredakan sakit, lapar, atau kesendirian. "Mamalia memiliki struktur otak, sistem yang sama terkait emosi dengan kita. Jadi mengapa tidak?" kata Holland.

Diutarakan Jill Goldman, pakar perilaku hewan dari selatan California, Amerika Serikat, ada juga faktor dari saling menguntungkan. Tapi apa bentuk dari keuntungan itu merupakan hal lain lagi.

"Dalam beberapa kasus, pertemanan sosial sudah cukup jadi keuntungan selama tidak dibebani kompetisi atau ancaman," kata Goldman. Sebagai contoh, jika ada anggota baru dalam sebuah grup fauna, maka bisa membuat jumlah makanan bertambah karena si anggota baru ikut mencari pangan. Begitu pun untuk perlindungan, si anggota baru juga bisa menawarkan pengayoman.

Dan inilah yang kemungkinan besar terjadi pada si lumba-lumba cacat yang diadopsi oleh kelompok paus sperma. "Tidak akan ada yang membiarkan Anda bertahan (dalam satu grup) jika Anda tidak membantu mengangkat beban," demikian analogi Goldman.