Petir gelap atau dark lightning adalah radiasi energi paling tinggi yang dihasilkan secara alami di bumi. Sejak pertama kali diketahui pada 1991, petir gelap memang kerap terbentuk di dalam badai petir. Namun, hingga kini peneliti belum mengetahui seberapa sering petir ini menyambar.
Nikolai Østgaard, peneliti angkasa luar di University of Bergen, Norwegia, dan timnya menemukan bahwa petir gelap terjadi sesaat sebelum petir menyambar. Penelitian ini dipaparkan dalam artikel Geophysical Research Letters, sebuah jurnal dari American Geophysical Union, akhir bulan silam.
Butuh waktu tujuh tahun hingga akhirnya mereka menyadari bahwa terdapat sambaran sinar gama di antara badai di atas Venezuela, saat mereka memproses kembali data dari dua satelit yang masing-masing dilengkapi oleh detektor optik dan detektor sinar gama yang dahulu terbang di antara badai tersebut.
Petir gelap adalah sambaran sinar gama yang dihasilkan selama badai petir, oleh elektron yang bergerak amat cepat dan berbenturan dengan molekul udara. Para peneliti ini mencurigai bahwa petir gelap terpicu oleh medan elektrik kuat, yang tercipta dengan cepat sebelum petir terang menyambar.
Medan yang kuat ini menciptakan rangkaian elektron yang bergerak mendekati kecepatan cahaya. Saat elektron itu bertubrukan dengan molekul udara, terciptalah sinar gama, yang akhirnya menghasilkan denyutan radio sebelum petir terang muncul. Proses pembentukan mulai dari hantaran elektris hingga terjadinya petir gelap dan terang bisa berlangsung kurang dari 0,01 detik.
Menurut para peneliti, temuan baru ini menampilkan bukti observasi bahwa petir terang dan gelap ini terkait, walaupun secara alami hubungannya masih belumlah jelas. Østgaard mengatakan, bahwa European Space Agency berencana untuk meluncurkan Atmospheric Space Interactions Monitor (ASIM) dalam tiga tahun ke depan yang bisa mendeteksi baik petir yang terlihat maupun tak terlihat ini dari luar angkasa. Ia pun turut terlibat dalam pembangunan detektor sinar gama di dalam proyek ini.