Jamur yang sepertinya hanya menyerang amfibi ini menyebabkan kulit amfibi yang terinfeksi menebal. Akibatnya, amfibi sulit untuk bernapas dan mengganggu keseimbangan elektrolit tubuhnya. Pada akhirnya, infeksi akan menyebabkan penyakit jantung pada amfibi, meski beberapa spesies katak memiliki daya tahan lebih baik.
Penelitian terbaru berhasil mengungkap bagaimana persebaran jamur ini ternyata terkait dengan wabah chytrid di California—salah satu kawasan yang mengalami kematian massal amfibi—hingga persebaran katak berkuku afrika (Xenopus laevis). Menurut para peneliti, wabah mematikan ini bahkan akan berlanjut ke seluruh dunia. Namun, hingga kini, belum ditemukan kaitan langsung antara jamur chytrid pada katak berkuku afrika dengan daerah-daerah yang mengalami kematian massal amfibi.
"Saya heran, ternyata belum ada yang meneliti hal ini," kata Vance Vredenburg, ahli biologi konservasi di San Francisco State University sekaligus ketua tim peneliti. Studi Vance dan kawan-kawan diterbitkan pada 15 Mei dalam jurnal PloS ONE.