Suaka Terakhir Burung Air Ibu Kota

By , Minggu, 19 Mei 2013 | 12:52 WIB
()

Di balik keramaian DKI Jakarta, tersembunyi surga kecil, rumah bagi aneka jenis burung. Rumah ini berupa Suaka Margasatwa Pulau Rambut, di perairan Kepulauan Seribu, setengah jam pelayaran dari Tanjung Pasir, pantai utara Jakarta. Perahu-perahu yang berjejer di sepanjang pantai Tanjung Pasir, siap mengantarkan pengunjung menuju Pulau Rambut.

Sebelum kapal merapat di dermaga Pulau Rambut, burung pecuk (Anhinga sp) dan cikalang (Fregata sp) berbaris rapi menjadi suguhan di sepanjang alur pelayaran. Kicauan burung meramaikan suasana khas pantai di sekujur pulau. Kotoran burung dan muntahan makanan burung tercecer di lantai hutan. Aroma khas kotoran burung menyebar di segala penjuru. Burung-burung air hilir mudik.

Di pulau yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta ini terdapat menara pandang untuk mengamati berbagai jenis burung. Tajuk pohon menutupi pulau, yang tersusun dari tiga formasi vegetasi: hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan sekunder campuran. Seluruhnya masih terjaga keasliannya.

Dari menara pengamatan, burung-burung air nampak dari sini. Pecuk padi berkerumun pada tajuk pohon; sepasang cangak abu menunggui sarangnya. Di sudut lain, beraneka ukuran sarang menghiasi pepohonan. Kowak malam (Nyctycorax sp) terbang hilir mudik.

Pengunjung Pulau Rambut kerap mengabadikan foto satwa dan flora yang ada. (Dwi-BKSDA Sorong, Papua Barat)

Sepanjang berjalan mengikuti setapak, bisa dijumpai tumbuhan yang membelit begitu kokoh pohon inangnya. Bagian bawahnya menjadi sarang biawak, bagian atas menjadi sarang dan tempat bertengger berbagai jenis burung.

Biawak menjadi pemangsa berbagai jenis burung Pulau Rambut. Biawak dapat menggali, berlari, bahkan memanjat berburu makanannya. Hewan yang terkenal rakus ini sangat mudah dijumpai di Pulau Rambut.

Di lantai hutan dijumpai beberapa jenis tumbuhan yang ada di lingkungan rumah, seperti pepaya, pohon dan cabe jawa. Pohon-pohon ini disebarkan burung-burung pemakan biji yang mencari makan di pulau-pulau sekitar, seperti Pulau Untung Jawa.

Lantaran riuh dengan burung air, memasuki pulau ini mesti tanpa suara. “Tenang dan gunakan tutup kepala,” ujar Mujiastuti, pengelola Pulau Rambut. Tak berisik agar para penghuni pulau tidak terganggu, tetap dapat beraktivitas apa adanya. Bahkan ada beberapa jenis burung yang memuntahkan makanannya ketika merasa terganggu.

Namun, di balik keindahannya, ada ganjalan yang mengganggu di pulau yang memiliki ikon burung bluwok (Mycterea cinerea) ini. Sampah-sampah berserakan di pantai, yang nampaknya kiriman dari pusat peradaban yang terbawa ombak. Limbah peradaban itu mulai dari plastik, kayu, hingga busa.

Timbunan sampah ini tentu saja membahayakan kelestarian habitat flora dan fauna Pulau Rambut. Sebagai Ramsar Site pertama dan satu-satunya di Laut Jawa, yang penting bagi pelestarian burung air dan habitatnya, pulau ini mesti diselamatkan dari serbuan sampah.